BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Berbicara masalah akidah berarti kita berbicara maslah keyakinan setiap
manusia pasti akan memiliki keyakinan masing-masing. Oleh karena itu sebagai
manusia faham akan toleransi maka hendaknya tidak serta merta dan tidak mudah
menyalakan orang lain apalagi menggoyahkannya.
Akan tetapi permasahannya sekarang adalah Apakah akidah yang kita yakini
adalah memang benar-benar akidah yang benar, ataukah sekedar hembusan angin
yang lewat tanpa adanya sebuah evaluasi kritis sehingga hanya akan menimbulkan
akidah-akidah yang kaprah salah arah, tanpa diimbangi kompas-kompas ilmu yang
merupakan penuntun sekaligus “Shiratal Mustakim” penunjuk jalan
kebenaran tanpa keterpelesetan. Jangan sampai akidah-akidah yang telah
mengandung bibit virus yang telah terjangkit
pada jiwa kita tanpa disadari sehingga yang akan terjadi adalah
kuantitas dan rutinitas Amal shaleh tanpa didasari oleh kualitas iman yang
benar, yang telah digariskan sumber-sumber islam yakni Al-qur’an dan Al-hadits.
Sebagai insan islam, ketika kita memiliki pemahaman akidah yang bagus,
mantap dan benar, maka selanjutnya tugas kita adalah bagaimana mempertahankan
akidah islam yang kita miliki dan selalu menfilter akidah-akidah sesat yang
berhamburan di muka bumi dengan hiasan dan untaian cahaya- cahaya ilmu sebagai
satu-satunya media meraih Ridha Ilahi.
B.
Rumusan
masalah
- Apakah yang dimaksud akidah pokok islam?
- Apa saja pembagian atau aspek akidah pokok islam?
C.
Maksud dan
tujuan
1. Tobransi
dalam bersikap, tawhaddhu’ dalam bertindak dan ikhlas dalam meniti kehidupan.
2. Menambah
serta memperluas cakrawala ilmu demi mengapai akidah yang lurus.
3. Memperdalam
keluasan pemahaman tentang akidah pokok islam.
4. Bertindak
serta mengaplikasikan nilai-nilai keimanan secara benar .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Akidah Pokok
Islam
Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW mengenai akidah ini beliau
menguraikan dengan sederhana bahwa iman itu adalah percaya kepada Allah,
percaya kepada malaikat-malaikat-Nya, percaya kepada kitab-kitab-Nya, percaya
kepada Rasul-Nya, percaya kepada hari kiamat, percaya kepada qadha’ dan qadhar
Allah. Konsep iman seperti ini disebut sebagai rukun iman yang mencakup enam
aspek tersebut diatas.
1. Iman
kepada Allah
Sebagaimana dijelaskan bahwa ini dari pada ajaran islam dalam Al-qur’an
adalah akidah, dan inti dari akidah itu adalah tauhid yaitu keyakinan bahwa
Allah SWT Maha Esa tidak ada Tuhan selain Dia sebagai firmanNya dalam Al-qur’an Surah Al-Ikhlas ayat
1-4.
ö@è% uqèd
ª!$#
îymr&
ÇÊÈ ª!$#
ßyJ¢Á9$# ÇËÈ öNs9
ô$Î#t
öNs9ur
ôs9qã ÇÌÈ öNs9ur
`ä3t ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr&
ÇÍÈ
Artinya : Katakanlah: "Dia-lah
Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia."
Dalam rukun iman percaya kepada Allah menepati rukun pertama, yang
dimaksud iman atau percaya kepada Allah adalah percaya tampa keraguan
sedikitpun atau adanya Allah SWT Yang Maha Esa, dan Maha Sempurna baik Dzat,
Sifat maupun Af’al-Nya. Kepercayaan ini membawa kepada kepercayaan atau adanya
semua rukun iman yang lain. Oleh karena itu pengaduan seseorang terhadap dua
kalimat ini sebenarnya sudah dianggap yang beriman.
Tetapi dalam mengenal Allah SWT manusia hanya mampu sampai pada batas
mengetahui Dzat Tuhan Yang Maha Esa itu adalah tauhid.
2. Iman
Kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat merupakan urutan yang kedua dalam rukun Iman setelah
iman kepada Allah SWT, iman kepada Malaikat ini mengandung arti bahwa seorang
mukmin hendaknya percaya sepenuhnya bahwa Allah menciptakan makhluq yang
disebut Malaikat.
Malaikat ini adalah makhluq Allah yang bersifat halus yang terbuat dari
nur(cahaya). Mereka ini adalah hamba Allah yang mulia selalu taat dan patuh terhadap
perintah Allah SWT. Berdasarkan firman Allah dalam Al-Quran surah Al-Nahl ayat
50 sebagai berikut :
tbqèù$ss Nåk®5u `ÏiB
óOÎgÏ%öqsù
tbqè=yèøÿtur $tB tbrãtB÷sã ) ÇÎÉÈ
Artinya : Mereka takut kepada Tuhan
mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada
mereka).
Diantara Malaikat
adalah :
1) Jibril
Sebagai pimpinan seluruh malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada
para utusan
2) Mikail
Bertugas mengatur kesejahteraan manusia
3) Izrail
Bertugas mencabut seluruh
4) Izrafil
Bertugas meniup trompet pada hari kiamat dan hari kebangkitan
5) Mungkar
dan Nakir
Bertugas menayai manusia setelah mati didalam kubur
6) Roqib
dan Atid
Bertugas mencatat semua amal perbuatan manusia
7) Malik
Bertugas menjaga
neraka
8) Ridwan
Bertugas menjaga surga
3. Percaya
Kepada Kitab-Kitab Allah
Percaya kepada kitab-kitab Allah atau wahyu Allah yang diturunkan kepada
para Rasul yang menjadi pedoman bagi hidup manusia dimuka bumi ini untuk
mencapai kebahagian didunia dan di akhirat. Kitab-kitab Allah yang diturunkan
kepada manusia itu cukup banyak jumlahnya. Namun yang jelas disebutkan dalam
Al-qur’an hanya empat yang wajib diketaui yaitu;
1) Taurat
diturunkan kepada Nabi Musa as
2) Zabur
diturunkan kepada Nabi Daud as
3) Injil diturunkan
kepada Nabi Isa as
4) Al-qur’an
diturunkan kepada Muhammad SAW.
Allah menurunkan kitab Taurat kepada
Nabi Musa as yang berisikan akidah dan
syari’at, kitab Taurat yang asli sudah tidak ada lagi, kitab taurat yang
beredar dikalangan Yahudi saat ini tidak asli lagi karena terjadi perubahan-perubahan
isi ajarannya. Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as bukan merupakan
syari’at karena pada masa itu Nabi hanya mengikuti Nabi Musa, isi Zabur hanya merupakan
nasehat dan peringatan. Kitab Injil hanya memuat tentang keterangan yang benar
dan nyata yaitu perintah untuk meng-esakan Tuhan, dan di akhir zaman akan
muncul Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Kitab Injil yang beredar sekarang
mengalami banyak perubahan bahkan tidak lepas dari karangan dan susunan
manusia. Dengan mempercayai kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum Nabi
Muhammad SAW. Akan memberikan keyakinan penuh bahwa Al-qur’an adalah kitab suci
yang paling lengkap dan sempurna diantara kitab-kitab suci lainnya. Karena ia
diturunkan dan merupakan kitab suci
terakhir dari Allah SWT. Selain kitab yang diturunkan kepada Nabi tersebut juga
terdapat beberapa jumlah shahifah yaitu 60 shahifah kepada Nabi Syits as, 30
shahifah kepada Nabi Ibrahim dan 10 kepada Nabi Musa.
4. Percaya
kepada Nabi dan Rasul
Beriman kepada Nabi dan Rasul merupakan rukun iman yang ke empat,
pengertian beriman kepada Nabi dan Rasul adalah meyakini bahwa Allah telah
memilih beberapa orang diantara manusia. Allah memberikan wahyu kepada mereka untuk
disampaikan kepada manusia demi membimbing mereka kejalan yang benar. Firman
Allah dalam Al-qur’an surat
Yunus ayat 48 mengatakan :
Èe@à6Ï9ur 7p¨Bé& ×Aqߧ ( #sÎ*sù uä!$y_ óOßgä9qßu zÓÅÓè% OßgoY÷t/ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ öNèdur w tbqßJn=ôàã ÇÍÐÈ
Artinya : Tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila Telah datang
Rasul mereka, diberikanlah Keputusan antara mereka[695] dengan adil dan mereka
(sedikitpun) tidak dianiaya.
Para ulama’ membedakan antara Nabi dan
Rasul, seorang Nabi menerima wahyu dari
Allah SWT. Kepentingan dari mereka
sendiri tanpa ada kewajiban untuk
disampaikan kepada orang lain, sedangkan rasul juga menerima wahyu dari Allah
SWT untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain. Nabi atau rasul yang diutus
sebelum Nabi Muhammad tugas mereka hanya terbatas pada suatu wilayah dan waktu
tertentu, sedangkan kerasulan Muhammad SAW
diutus untuk semua manusia tanpa batas wilayah dan waktu tertentu.
Sifat-sifat yang harus
dimiliki seorang Rasul adalah :
Ø
Siddik atau jujur yaitu benar segala ucapannya,
mushtahil berbohong.
Ø
Amanah terpercaya mustahil berkhianat.
Ø
Tabliqh (menyampaikan) yaitu menyampaikan segala
sesuatu yang datang dari Allah mushtahil menyembunyikan segala sesuatu yang
diperintahkan kepadanya.
Ø
Fathanah artinya cerdas mushtahil mereka bodoh, sebab
kalau mereka bodoh mana mungkin mampu menyampaikan risalah yang diberikan kepada
mereka, dan berdebat dengan orang yang menentangnya.
5. Iman
kepada Hari Kiamat
Rukun iman yang kelima adalah percaya kepada hari akhir, yaitu mulai
hancurnya dunia hingga masuknya seseorang ke surga atau ke neraka.
Jadi, pada hari akhir atau hari kiamat, seluruh jasad raya ini akan tergoncang
hebat yang mengakibatkan perubahan total dan terjadinya peristiwa yang sangat dahsyat
dan mengerikan. Allah memusnahkan kehidupan ini.
Beriman kepada hari kiamat, maksudnya setiap mukmin wajib percaya (iman)
dengan sebenar-benarnya bahwa hari kiamat akan tiba. Hanya saja kapan saat itu
terjadi tiada seorang pun yang mengetahui. Bahkan Rasulullah SAW. Dan Malaikat
Jibril sekalipun tidak mengetahui. Yang bisa diketahui hanyalah tanda-tandanya.
Tanda-tanda hari kiamat itu terbagi menjadi dua : tanda kecil (suqhra) dan
tanda-tanda besar (kubra).
Sehubungan akan dibangkitkan manusia
dari kubur pada hari kiamat, Allah berfirman :
y7Ï9ºs ¨br'Î/ ©!$# uqèd ,ptø:$# ¼çm¯Rr&ur Çøtä 4tAöquKø9$# ¼çm¯Rr&ur 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÏÈ ¨br&ur sptã$¡¡9$# ×puÏ?#uä w |=÷u $pkÏù cr&ur ©!$# ß]yèö7t `tB Îû Íqç7à)ø9$#
Artinya : Yang demikian itu, Karena Sesungguhnya Allah, dialah yang
haq dan Sesungguhnya dialah yang menghidupkan segala yang mati dan Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,Dan Sesungguhnya hari kiamat itu Pastilah
datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua
orang di dalam kubur.
Tanda-tanda
kiamat kecil(sugra):
1. Ilmu
agama diangkat, maksudnya ilmu agama tidak diperhatikan lagi sebab dianggap
tidak penting. Bahkan, semakian lama akan hilang dikarenakan semua orang melecehkannya.
2. Ilmu
yang dicabut, maksudnya para ulama’ dan ahli agama banyak yang mati, yang
kemudian diangkatlah manusia–manusia bodoh menjadi pemimpin. Dimana-mana mereka akan memberikan
fatwa-fatwa yang tidak berlandaskan agama. Orang-orang sungguh tersesat dan
menyesatkan.
3. Matahari
terbit dari ufuk barat. Apabila matahari telah terbit dari ufuk barat, seluruh manusia
akan beriman dan berbuat baik sebagaimana orang-orang sebelum mereka.
Namun-sungguh sayang, iman dan amal baik mereka tidak ada gunanya lagi.
4. Dll.
Tanda-tanda
kiamat besar(kubra) :
1. Munculnya
binatang aneh. Binatang itu mampu bercakap-cakap, yaitu memberitahukan kepada orang-orang yang
tidak beriman kepada ayat-ayat Allah SWT. Tentang hal ini Allah SWT, berfirman :
#sÎ)ur
yìs%ur ãAöqs)ø9$# öNÍkön=tã $oYô_t÷zr& öNçlm; Zp/!#y z`ÏiB ÇÚöF{$# óOßgãKÏk=s3è? ¨br& }¨$¨Z9$# (#qçR%x. $uZÏG»t$t«Î/ w tbqãZÏ%qã ÇÑËÈ
Artinya : Dan apabila perkataan Telah jatuh atas mereka, kami
keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka,
bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami
2. Turunnya
Nabi Isa a.s. seperti telah kami kemukakan diatas, Nabi Isa a.s. akan memimpin
kaum mukmin membunuh Dajjal. Selain itu, Nabi Isa akan menghancurkan semua kayu
salib, membunuh babi, dan menghapus pajak.
3. Rusaknya
ka’bah, yang merusaknya adalah seorang laki-laki dari Habsyi(Etiopia),
sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
يخخرب الكعبة ذوالسويقتين رجل من الحبشة (رواه مسلم)
Artinya : Akan merusak ka’bah orang yang memiliki dua roti sawiq, yaitu
laki-laki dari habsyi(Etiopia).
6. Iman
kepada Qadha’ dan Qadar
Rukun iman yang keenam ialah iman kepada qadha’ dan qadar. Qadha’ ialah
kepastian, dan qadar adalah ketentuan.
Keduanya ditetapkan oleh Allah SWT. untuk
seluruh makluk-Nya. Sedang yang
dimaksud dengan iman kepada qadha’ dan qadar, ialah setiap manusia(muslim dan
muslimat) wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala
perbuatan makhluk, sengaja maupun tidak, telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Abu Abdilah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari, Al-Qurthubi dalam tafsirnya
mengenai ayat tersebut mengatakan, “kepercayaan yang dipegang Ahlus sunah,
yaitu sesungguhnya Allah SWT. Telah menakdirkan akan sesuatu. Artinya ia telah
mengetahui ketentuan (kepastian), telah mengetahui keadaannya dan zamannya jauh
sebelum menciptakannya. Kemudian Allah mengadakan sesuatu yang telah ada dalam
takdir-Nya bahwa sesuatu itu akan dijadikan sesuai dengan ilmu-Nya. Maka, tidak
ada yang terjadi dialam tinggi(langit) dan dialam rendah(bumi) melainkan terbit dari ilmu qadrat dan
iradat-Nya Allah”
Dari keterangan diatas jelaslah, kebahagiaan, kekayaan, kemiskinan,
pandai atau bodoh dan sebagainya itu berjalan dengan takdir Allah SWT. Sebagai
bukti konkret seseorang dilahirkan tidak dapat memilih siapa bapak ibunya,
dimana dilahirkan. Jelas manusia tidak dapat menentukan sendiri, karena ada
dalam kekuasaan-Nya. Dalam Al-qur’an disebutkan :
4 y7Ï9ºs ãÏø)s? ÍÍyèø9$# ÉOÎ=yèø9$# ÇÒÏÈ
Artinya : Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.
Dalam Al-qur-an diatas dinyatakan, bahwa kejadian manusia didalam rahim
ibunya berjalan menurut prosesnya. Empat puluh hari pertama dinamakan nuthfah(mani)
yang berkumpul, empat puluh hari yang
kedua dinamakan ‘Alaqah(segumpal darah), dan empat puluh hari ketiga disebut
mudqhah(segumpal daging) maka, setelah seratus dua puluh hari ditiupkannya roh
oleh malaikat lalu diperintahkan
menuliskan empat macam perkara:
1.
Ilmunya (selain ilmu pengetahuan,
juga perbuatan yang bakal dikerjakan).
2.
Berapa banyak rejekinya.
3.
Berapa lama hidupnya .
4.
Nasibnya, apakah ia bakal masuk
surga atau neraka.
Empat macam perkara itu ditetapkan(ditakdirkan), dan
inilah yang dimaksudkan takdir Ilahi atau nasib seseorang.
Sebagian orang berkata, “ jika semua perbuatan
manusia, baik yang buruk maupun yang baik telah ditetapkan oleh Allah SWT.sejak
zaman azali, berarti manusia tidak dapat disalahkan jika melakukan perbuatan
jahat dan buruk dan tidak berhak menerima siksaan sebab perbuatannya itu. Ia
juga tidak berhak mendapatkan pahala sebab berbuat kebaikan”.
Pendapat itu sangatlah keliru sebab, bagaimanapun
manusia memiliki hasyrat dan kehendak dari hatinya. Apabila niat itu
ditunjukkan untuk kebaikan, tentunya akan mendatangkan kebaikan dan amal
shaleh. Dan apabila kehendak itu ditunjukkan kejahatan otomatis akan
menimbulkan keburukan. Selain itu Allah menganugrahi akal pikiran kepada
manusia untuk membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan mana
yang salah, dan sebagainya. Sehingga segala perbuatan manusia, keburukan atau
kebaikan, sebesar apapun pasti akan ada balasannya, sebagaimana firman Allah
berikut :
`yJsù
ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB >o§s #\øyz ¼çntt ÇÐÈ `tBur
ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB ;o§s #vx©
¼çntt ÇÑÈ
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.
Dengan demikian, Rasulullah SAW.melarang umatnya
berpangku tangan menunggu takdir. Rasulullah memerintahkan umatnya berusaha,
dan menyerahkan kepada umatnya untuk menentukan dirinya apakah bakal masuk surga atau neraka. Jika didunia mudah dilalui
jalan surga, Insya Allah ia ditakdirkan masuk surga begitu sebalinya.
Takdir bisa dibedakan menjadi dua :
1.
Takdir dalam ilmu Allah yang Azali
Allah SWT. Telah
mengetahui semua yang bakal terjadi didunia dan diakhirat, tiada sesuatupun
yang tersembunyi bagi Allah, sekalipun hal tersebut belum terjadi.
2.
Takdir yang tertulis di lauh
mahfudz
Seperti
diterangkan oleh Ibnu Abbas r.a bahwa Allah SWT. Menciptakan qalam(pena),
kemudian Allah berfirman padanya(pena), “tulislah!” maka, pena itu menuliskan
apa-apa yang akan terjadi sampai hari kiamat di Lauh Mahfudz(lembaran yang
terpelihara).
Takdir yang
tertulis di Lauh Mahfud masih mungkin berubah, karena takdir yang tertulis
tersebut ada yang merupakan ketentuan final dan yang belum. Yang belum
merupakan keputusan final dinamakan Mu’allaq.
Adapun takdir yang tertulis di Lauh Mahfud hanya bisa berubah oleh dua
hal :
a)
Do’a
b)
Berbuat kebaikan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Apakah pokok islam adalah akidah yang ditanamkan oleh
Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat-sahabat-Nya yang teragum dalam rukun iman
yang enam.
Penanaman akidah yang demikian merupakan sebuah usaha
atau antisipasi dari umat islam agar sendi-sendi akidah islam tertata kuat
tanpa adanya perpelahan yang berlarut- larut.
Adapun akidah islam masih dipertahankan yaitu, disebut
rukun iman yang jumlahnya ada enam adalah :
1.
Iman kepada Allah SWT.
2.
Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah
SWT.
3.
Iman kepada Kitab-Kitab Allah SWT.
4.
Iman kepada Rasul-Rasul Allah SWT.
5.
Iman kepada Hari kiamat
6.
Iman kepada Qadha’ dan Qadar Allah
SWT.
B.
Saran
1.
Dengan adanya akidah pokok islam
diharapkan mampu meyakini akidah pokok islam secara benar.
2.
Mengaktualisasi nilai keislaman
sesuai dengan akidah pokok islam yang telah diyakinkan dalam rukun iman yang
enam.
DAFTAR PUSTAKA
- Mahmud, Latif, “Ilmu Kalam”, Pamekasan, STAIN Pamekasan Press, 2006
- Mahmud, Latif, “Ilmu Kalam”, Pamekasan, STAIN Pamekasan Press, 2010
- Ahmad Muhammad, “Tauhid Ilmu Kalam” Bandung CV Pustaka Setia,
1997
0 komentar:
Posting Komentar