Pages

Subscribe:
..:: "Welcome to La takhaf wala tahzan, thanks you for visit and don't forget to give your comment in this website " ::..
  • Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan
  • Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya
  • Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
  • Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari
  • Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya
  • Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan, cinta, dan rasa hormat

Senin, 25 Maret 2013

PENGERTIAN PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan menjadi landasan bagi kemajuan suatu bangsa dalam persaingan pasar bebas dengan segala permasalahannya. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa sejarah pendidikan suatu masyarakat/bangsa, telah membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan, yang sering juga disebut kepribadian nasional. Melalui proses pendidikan, watak bangsa atau kepribadian nasional tersebut dipelihara dan diperkembangkan sehingga suatu bangsa bisa menampakkan keunggulan-keunggulan dan kelebihan-kelebihannya dibandingkan dengan bangsa lainnya. Dan melalui proses pendidikan tersebut, suatu bangsa berusaha untuk mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, militer, ilmu pengetahuan, teknologi, dan dalam bidang-bidang kehidupan kehidupan budaya lainnya. Melalui proses pendidikan pula, suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2.      Bagaiman pandangan tujuan pendidikan menurut M.J. Langeveld, Ki Hajar Dewantoro, John Dewey, JJ.Rousseau?
3.      Dimulai sejak kapan fase/periodesasi pendidikan?

C.     MAKSUD dan TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami lebih dalam tentang pentingnya pendidika
2.Mengetahui dan memahami tujuan pendidikan menurut M.J. Langevald, Kihajar Dewantoro, John Dewey, JJ. Rousseau?
3. mengetahui fase/periodesasi dalam menuntut pendidikan.




BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN PENDIDIKAN
     Secara etimologis istilah asing yang sering dipakai untuk memaknai kata pendidikan adalah; pedagogie (bahasa Yunani) dan education (bahasa Latin). Kata pedagogie sendiri merupakan rangkaian dari dua kata bahasa Yunani: pias (anak) dan ago (saya membimbing). Dengan demikian pedagogie berarti saya membimbing anak. Sedangkan kata education menurut Khursyid Ahmad berasal dari kata Latin; e, ex (out) artinya keluar, dan ducare duc (mengatur, memimpin, menyerahkan). Sehingga education memiliki arti mengumpulkan dan menyampaikan informasi (pelajaran), dan menyalurkan/menarik bakat keluar. Dalam praktik pendidikan, kegiatan-kegiatan seperti mengatur, memimpin dan mengarahkan bakat anak merupakan aktifitas utama.[1]
Berbeda dengan negara-negara maju atau negara-negara modern yang memang sudah lama mengalami pertumbuhan dan perkembangan sehingga menjadi negara yang makmur sejahtera serta kuat, baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya dan sebagainya; maka negara-negara yang sedang berkembang, sesuai dengan julukannya, memang baru memulai untuk bangkit mengadakan pembangunan berbagai aspek kehidupannya, baik secara ekonomi, sosial, budaya. Politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Beberapa ciri khas dari negara-negara yang sedang berkembang adalah:
1)   Secara politis, pada umumnya baru mengalami kemerdekaan atau lepas dari penjajahan barat.
2)   Secara ekonomis, pada umumnya miskin dan masih sangat bergantung pada alamnya.
3)   Secara demografis, pada umumnya padat penduduk, dengan tingkat pertambahan penduduk karena kelahiran yang tinggi.
4)   Secara budaya, kokoh berpegang pada warisan budaya tradisional secara turun-temurun. Ciri-ciri tersebut, tentunya banyak mempengaruhi, kalau tidak boleh dikatakan menentukan bentuk dan sistem pendidikan yang dikembangkannya. Dalam rangka pembangunan nasional, bangsa-bangsa yang sedang berkembang tersebut pada umumnya memang memusatkan perhatian perhatian pada pengembangan sistem pendidikan

 nasionalnya, dalam pengertian bahwa ciri-ciri yang ada pada bangsa yang bersangkutan,   menjadi dasar bagi kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikannya.
     Sedangkan dari sudut pandang terminologis, pendapat para ahli pendidikan cukup beragam dalam memberikan arti pendidikan, dan kenyataannya, pengertian pendidikanini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak terlalu jauh berbeda,berikut ini sejumlah pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli.
1.      Langeveld
Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugasnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa atau  (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujuan kepada orang yang belum dewasa.
2.      John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesame manusia.
3.      Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup  tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala klekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.
     Dari beberapa pengertian atau batasan pendidikan yang diberikan para ahli tersebut, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara essensial terdapat kesatuan unsure-unsur atau factor-faktor yang terdapat didalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya terdapat unsur-unsur  seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.[2]
B.  TUJUAN PENDIDIKAN
      Tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah satu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival) baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Manusia dalam usahanya memelihara kelanjutan hidupnya, berusaha untuk mewariskan berbagai nilai budaya dari  suatu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, masyarakatnya bisa hidup terus. Tetapi bukan hanya itu fungsi pendidikan; fungsi pendidikan yang lain adalah pengembangan potensi-potensi pembawaan atau potensi fitrah yang ada pada individu-individu, supaya dapat dipergunakan olehnya sendiri dan seterusnya oleh masyarakat. Untuk menghadapi tantangan-tantangan lingkungan pada zaman yang selalu berubah. Seperti pengembangan akal anak-anak di sekolah, menyebabkan anak-anak tersebut bisa menciptakan alat-alat modern untuk mengatasi, misalnya: banjir, gempa bumi, udara dingin, angin beliung, gunung meletus, menempuh jarak yang jauh, dan lain-lainnya, dengan menciptakan alat dan teknologi modern untuk menjawab tantangandan menaggulangi masalah-masalah tersebut. Misal yang diberikan tersebut, adalah untuk membuktikan bahwa pendidikan itu hanyalah alat yang dipergunakan manusia untuk memelihara keberlangsungan kehidupannya. Dengan demikian, tujuan pendidikan itu haruslah berpangkal pada tujuan hidup manusia.
      Apa tujuan hidup, atau untuk apa kita hidup, telah menimbulkan jawaban dan pandangan-pandangan hidup yang berbeda-beda; namun islam memberikan jawaban yang tegas dalam hal ini, yaitu sebagaimana ditegaskan dalam al-qur’an, surat Adz Dzariyat 56; yang maksudnya: Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah (mengabdi) kepada-Ku. Tujuan hidup manusia menurut ajaran islam adalah “mengabdi atau berbakti kepada Allah” atau beribadah kepada Allah”. Secara umum beribadah kepada Allah berarti melaksanakan apa saja yang ditugaskan oleh Allah kepadanya dengan sebaik-sebaiknya, dengan penuh tanggung jawab. Secara operasional, ibadah tersebut diartikan sebagai “mengembangkaan sifat-sifat arau nama-nama Tuhan yang indah dalam diri manusia, dan nama-nama Allah yang indah itu dalam diri manusia, maka manusia mampu melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi. (lihat surat Al An’am, ayat 165). Beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi” inilah tujuan hidup manusia menurut ajaran islam.
      Tujuan hidup muslim inilah yang menjadi tujuan pendidikan menurut ajaran islam, atau tujuan pendidikan islam, sepanjang sejarahnya, sejak zaman Nabi saw. sampai sekarang ini.
      Tujuan-tujuan atau obyektif-obyektif pendidikan di atas dapatlah diterjemahkan secara operasional ke dalam sillabus dan mata pelajaran yang diajarkan diberbagai tingkat pendidikan, mulai dari tingkat rendah, menengah dan perguruan tinggi, bahkan pada lembaga-lembaga pendidikan non-formal atau lembaga pendidikan luar sekolah.[3]
       Pendidikan merupakan gerbang kemajuan suatu bangsa dan peradaban. Pendidikan yang berhasil dan maju sudah pasti dilakukan dengan proses dan metodologi yang baik lagi mapan.[4] Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara (bapak pendidikan nasional Indonesia, 1889-1959) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: ”pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukakn budi pekerti (karakter, kekuatan bathin), pikiran (intelect) .   
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, tentang
Pengertian Pendidikan, yang berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan.
1.      M. J, Langeveld
Dalam kaitannya dengan tahapan-tahapantujuan pendidikan, M. J, Langeveld mengklasifikasikan tujuan pendidikan menjadi: tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan insidentil, tujuan sementara dan tujuan perantara.
a)      Tujuan Umum
Tujuan umum disebut pula dengan tujuan akhir, tujuan lengkap dan tujuan total. Disebut tujuan akhir, karena tujuan ini merupakan akhir dari segala usaha pendidikan. Disebut tujuan lengkap, karena tujuan ini merupakan induk dari tujuan-tujuan dibawahnya, artinya setiap tujuan dalam pendidikan harus bermuara pada tujuan umum. Dikatakan tujuan total, karena untuk mencapai tujuan ini mengarahkan semua daya dan kemampuan.
b)       Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran lebih terperinci dari tujuan umum.tujuan khusus di buat dalam rangka mempermudah pencapain tujuan umum.tujuan khusus ini biasanya disusun dengan mempertimbangkan kondisi daan situasi tertentu. Misalnya , cita-cita pembangunan suatu bangsa,tugas lembaga pendidikan tingkat pendidikan,tingkat kemampuan anak,dan lain-lain.
c)      tujuan tak lengkaTujuan tak lengkap adalah tujuan pendidikan yang hanya diarahkan pada sebagian Aspek; kesenian,intelektualketerampilan.tujuan pendidikan tak lengkap in harus Tetap bberlandaskan pada tujuan pendidikan secara umum.jadi tidak bisa berjalan Senndiri-sendiri.
d)     Tujuan insidentil
Tujuan insedentildisebut juga tujuan seketika atau tujuan sesaat.tujuan ini muncul
Secara kebetulan,secara mendadak atau tiba-tiba,dan sifatnya hanya sesaat.misalnya,tujuan untuk mengadakan hiburan atau untuk memberikan variasi dalam kehidupan sekolah maka diadakanlah karyawisata ke tempat-tempat tertentu. Dengan demikan tujuan insidentil telah selesai apabila kegiatan yang di rencanakan telah terlaksana.
e)      Tujuan sementara
Tujuan semetara merupakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai dalam face-face tertentu dari proses pendidikan misalnya, anak diberi pelajaran membaca dan menulis. Apabila anak telah pandai membaca dan menulis tujuan sementara telah tercapai. tapi tidak sampai disini sebenarnya, sebab anak di ajari membaca dan menulis agar ia dapat mengkaji literatur-literatur yang ada.inipun juga tujuan sementara. Sebegitu seterusnya sampai akhirnya bermuara pada tujuan akhir (umum) 
f)       Tujuan perantara
Tujuan perantara atau tujuan intermedier merupakan tujuan pendidikan yang menjadi sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain.misalnya,anak didik di beri pelajaran bahasa arab.tujuanya adalah agar ia bisa menaalah buku-buku yang tertulis dalam bahasa arab. Disi, belajar bahasa arab hanya sebagai alat/sarana agar anak didik mampu belajar dari literatur-literatur berbahasa arab.[5]
2.      Kihajar Dewantoro
Adapun tujuan pendidikan menurut Kihajar Dewantoro adalah “penguasaan diri” sebab disinilah pendidikan memanusiakan  manusia (humanisasi). Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang mamanusiakan manusia. Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara ada 2 hal yang harus dibedakan yaitu sistem Pengajaran dan Pendidikan yang harus bersinergis satu sama lain. Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan).  Dan bahwasanya, tujuan pendidikan adalah tercapai kesempurnaan hidup pada anak didik.
3.      John Dewey
Menurut John Dewey bahwa setiap tujuan pendidikan adalah usaha atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan lain yang lebih tinggi. John Dewey menekankan pada tercapainya sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.[6]
4.      JJ.Rousseau
JJ. Rousesau berpendapat bahwa pada dasar (asal)-nya munusia baik, menjadi jelek (jahat) karena pengaruh lingkungan. Dasar pendidikan menurut Rousseau adalah pembawaan dan tujuan pendidikan ialah membentuk manusia yang bebas merdeka. Sifat pendidikan adalah individualistis dan individu (anak) itu harus dijauhkan dari pengaruh masyarakat dan bahkan dijauhkan dari orang tuanya. Hasil pemikirannya dituangkan dalam buku Le Contract Social berisi tentang ilmu kenegaraan dan Emile yang berisi bagaimana mendidik anak sampai dewasa yang baik.[7]

C. FASE/PERIODESASI PENDIDIKAN ISLAM
Dalam bagian ini akan dibicarakan beberapa hal yang meliputi pendidikan islam masa prakonsepsi, pendidikan islam masa pranatal, pendidikan islam masa bayi, pendidikan masa kanak-kanak, pendidikan islam masa remaja, pendidikan masa dewasa.
ü Pendidikan islam masa prakonsepsi
Pendidikan prakonsepsi merupakan awal dari suatu pernikahan atau disebut juga dengan pemilihan jodoh, yaitu ketika seorang pria mencari seorang wanita yang dapat bekerjasama dalam membina rumah tangga bahagia. Juga seorang wanita mencari calon suami yang memiliki inteligensi yang tinggi karena inteligensi merupakan sarana utama untuk memperoleh sukses dalam masyarakat luas. (kartono, 1977 : 204). Pemilihan calon istri atau suami berdasarkan kriteria tertentu adalah dikarenakan keturunan berpengaruh terhadap pendidikan anak. Hal tersebut sesuai dengan hadist Nabi Muhammad saw. sebagaimana dikutip oleh Muhammad Ali Quthb (1993 : 2): pilihlah (calon istrimu) untuk tempat spermamu  karena keturunan itu sangat berpengaruh.

ü Pendidikan islam masa pranatal
Masa ini berlangsung sejak pertemuan sel telur seorang ibu. Dengan spermatozoid seorang ayah sampai seorang bayi lahir secara sempurna. Masa pranatal ini sangat penting artinya karena ia merupakan awal dari kehidupan.
Pada masa ini, berhubungan janin sangat erat dengan ibunya. Oleh  karena itu, seorang ibu berkewajiban memelihara kandungannya, antara lain dengan mengonsumsi makanan yang bergizi, menghindari benturan, menjaga emosi dan perasaan sedih yang berlarut-larut, menjauhi minuman keras, dan banyak lagi hal yang harus diperhatikan oleh seorang ibu pada masa hamil. (Nawawi, 1993: 151).
Pembentukan iman seharusnya mulai sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin yang berada dalam kandungan telah dapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya. Hal tersebut tampak dalam perawatan kejiwaan, dimana keadaan keluarga ketika si anak dalam kandungan, mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mental si janin dikemudian hari. (Zakiah Daradjat, 1995: 55)

ü Pendidikan islam masa bayi
Masa bayi ini berlangsung dari usia 0 sampai 3 tahun. Setelah anak lahir, perlu dikumandangkan adzan dekat telinga, agar pengalaman pertama lewat pendengaran adalah kalimat tauhid yang berintikan pengakuan dan keagungan Allah dan kerasulan Muhammad. Ajaran kepada kemenangan dan seruan untuk beribadah di akhiri dengan pernyataan dan keagungan serta keesaan Allah. Bayi yang baru lahir memang belum mengerti arti kata ”tauhid” dalam adzan tersebut, namun dasar keimanan dan keislaman sudah masuk kedalam hatinya. Menurut pandangan islam, manusia sejak dilahirkan telah dibekali oleh Allah dengan fitrah keagamaan.
ü Pendidikan islam masa kanak-kanak
Pendidikan masa kanak-kanak berlangsung pada usia 3 sampai 12 tahun. Pada usia 3-6 tahun, anak memiliki sifat egosentris (raja kecil). Sebab, dirinya berada di pusat lingkungan yang ditampilkan anak dengan sikap senang menantang atau menolak sesuatu yang datang dari orang sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua harus sabar dalam mendidik anaknya. (Daradjat, 1995: 155).
Perkembangan pada masa ini berlangsung dari usia 3-12 tahun dan masa anak-anak ini dibagi kepada tiga fase, yaitu sebagai berikut:
a)    Permulaan masa anak-anak
Pada awal masa ini sekitar usia sampai dengan lima tahun. Perkembangan ditandai dengan munculnya sikap egosentris pada diri setiap anak. Masa ini disebut juga dengan masa remaja kecil. Masa ini juga merupakan krisis pertama yang sangat memerlukan kesabaran dan kebijaksanaan bsertindak dari orangtua sebagai pendidik. Orang tua sebaiknya tidak memaksakan kehendaknya pada anak-anak, namun didalam diri anak-anak harus ditumbuhkan kebiasaan melakukan sesuatu yang baik dan dikenalkan disiplin. (Nawawi, 1993: 155).
Jika dilihat dari aspek keagamaan, pada masa ini anak-anak belum mempunyai kesadaran beragama, tetapi ia telah memiliki potensi kejiwaan dan dasar-dasar kehidupan ber-Tuhan. Perkembangan kesadaran dan beragama anak-anak sangat dipengaruhi oleh keimanan, sikap, dan tingkah laku orang tuanya. (Ahyadi, 1988: 40).

b)   Pertengahan masa anak-anak
Periode ini berlangsung dari umur 6 sampai dengan 9 tahun. Periode ini sangat penting artinya bagi peletakan dasar untuk perkembangan selanjutnya melalui sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan. Pada masa ini, anak yang pada mulanya tertuju kepada dirinya sendiri dan bersifat egosentris mulai tertuju pada dunia luar, terutama perilaku orang-orang disekitarnya, sopan santun, dan tata cara bertingkah laku yang sesuai dengan lingkungan rumah dan sekolah. (Ahyadi, 1988: 43).

c)    Akhir masa anak
Masa ini berlangsung pada usia 9 sampai dengan 12 tahun. Masa ini merupakan  lanjutan masa sebelumnya yang ditandai dengan berbagai kematangan aspek psikologis yang diperlukan untuk dapat ikut serta dalam proses pendidikan formal.

ü Pendidikan islam masa remaja
Masa ini berlangsung dari usia 12 sampai dengan 21 tahun yang terdiri atas tiga fase, antara lain sebagai berikut:

a)    Masa pra-remaja
Fase ini berlangsung dari umur 12 sampai dengan 15 tahun. Fase ini ditandai dengan semakin meningkatnya sikap sosial pada anak. Gejala yang dominan pada masa ini adalah kecenderungan untuk bersaing yang berlansung antara teman sebaya dan lingkungan jenis kelamin yang sama. Pada periode ini ada kesempatan yang sangat baik untuk membantu anak, disamping menguasai ilmu dan teknologi yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Juga menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan menghargai nilai-nilai, terutama yang bersumber dari agama islam. Dalam konsep yang sederhana, anak-anak perlu dikenalkan dengan makna atau maksud dari beberapa firman Allah tentang sikap dan kemampuan bertanggung jawab dalam kehidupan. (Nawawi, 1993: 165).

b)   Masa pubertas
Masa ini berlangsung pada usia 15 sampai dengan18 tahun. Masa ini merupakan tahap akhir bagi individu dalam mempersiapkan dirinya untuk menjadi manusia dewasa yang berdiri sendiri. Pada fase ini anak banyak mengalami krisis, namun krisis itu tidak dirasakan berat jika sejak awal anak-anak dan para remaja telah hidup dalam keluarga yang menempatkan ajaran islam sebagai penuntunnya. Jika dalam diri remaja telah tertanam nilai-nilai religi maka sebagai orang yang beriman, ia akan selalu mampu menyikapi permasalahan hidup, baik yang muncul dari dalam maupun dari luar dirinya.

c)    Akhir masa remaja
Masa ini berlangsung antara usia 18 sampai dengan 21 tahun dan disebut juga masa awal kedewasaan. Pada masa ini, pembentukan dan perkembangan suatu sistem moral pribadi sejalan dengan pertumbuhan pengalaman keagamaan yang bersifat individual. Melalui kesadaran beragama dan pengalaman ke-Tuhanan, akhirnya remaja akan menemukan Tuhannya yang berarti menemukan keperibadiaannya. (Ahyadi, 1988: 48).

ü Pendidikan islam masa dewasa
Pada usia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat kepribadiaan yang matang. Mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang bersumber dari norma-norma agama maupun yang berada dalam kehidupan ataupun ajaran agama. [8]

 BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
  Pendidikan setiap bangsa pasti memiliki ideologi, nilai, cita-cita, visi, dan metode untuk meraihnya yang setia memajukan bangsa dan negaranya. Dengan demikian, sebuah proses pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan dan mendorong siswa agar membuat persiapan untuk menjawab pernyataan ketika musim ulangan tiba. Akan tetapi ada empat domain pokok yang mesti dipahami dan menjadi acuan dalam setiap proses pendidikan di Indonesia, yaitu agar setiap siswa mengenal dan memahami potensi dirinya sehingga merasa mantap nantinya ketika memilih satu jurusan yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Kedua, mengenal karakter dan potensi yang potensial untuk dipelihara dan dikembangkan. Ketiga, memahami sejaran dan jati diri bangsanya untuk dijaga kehormatannya dan dimakmurkan rakyatnya. Keempat, guru dan siswa juga perlu memiliki wawasan regional-global meskipun sekilas mengenai apa yang tengah dan akan terjadi pada tingkat internasional.

Penulis: Ernawati, dkk






                                                                                     





[1] Moh. Kosim, Pengantar Ilmu Pendidikan (Pamekasan, Stain Pamekasan Press, 2006), hlm. 2.
[2] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 2
[3] Bukhari Umar, Ilmu pendidikan islam (batusangkar : amzah, 2010), hlm.113
[4]Abdurahman nasir, majalah buletin sidogiri (pasuruan), hlm 14
[5]  Moh. Kosim, Pengantar Ilmu Pendidika, hlm. 27-31

[6] Afif Rohman, Memahami pendidikan & Ilmu pendidikan (Bandung : Laksbang mediatama, 2009), hlm.93-94
[7] http://bruderfic.or.id/h-59/pemikiran-JJ.Rousseau-tentang-pendidikan.html
[8] Bukhari umar, ilmu pedidikan islam, hlm.122

0 komentar:

Posting Komentar

 

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan
earth
top down