BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan menjadi landasan bagi kemajuan suatu bangsa dalam
persaingan pasar bebas dengan segala permasalahannya. Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa sejarah pendidikan suatu masyarakat/bangsa, telah membentuk
ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan, yang sering juga disebut
kepribadian nasional. Melalui proses pendidikan, watak bangsa atau kepribadian
nasional tersebut dipelihara dan diperkembangkan sehingga suatu bangsa bisa
menampakkan keunggulan-keunggulan dan kelebihan-kelebihannya dibandingkan
dengan bangsa lainnya. Dan melalui proses pendidikan tersebut, suatu bangsa
berusaha untuk mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya,
baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, militer, ilmu pengetahuan,
teknologi, dan dalam bidang-bidang kehidupan kehidupan budaya lainnya. Melalui
proses pendidikan pula, suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang direncanakan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2.
Bagaiman pandangan tujuan pendidikan menurut M.J. Langeveld, Ki Hajar
Dewantoro, John Dewey, JJ.Rousseau?
3.
Dimulai sejak kapan fase/periodesasi pendidikan?
C.
MAKSUD dan TUJUAN
1. Mengetahui
dan memahami lebih dalam tentang pentingnya pendidika
2.Mengetahui
dan memahami tujuan pendidikan menurut M.J. Langevald, Kihajar Dewantoro, John
Dewey, JJ. Rousseau?
3. mengetahui
fase/periodesasi dalam menuntut pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PENDIDIKAN
Secara
etimologis istilah asing yang sering dipakai untuk memaknai kata pendidikan
adalah; pedagogie (bahasa Yunani) dan
education (bahasa Latin). Kata pedagogie sendiri merupakan rangkaian
dari dua kata bahasa Yunani: pias
(anak) dan ago (saya membimbing).
Dengan demikian pedagogie berarti saya
membimbing anak. Sedangkan kata education
menurut Khursyid Ahmad berasal dari kata Latin; e, ex (out) artinya keluar, dan ducare
duc (mengatur, memimpin, menyerahkan). Sehingga education memiliki arti mengumpulkan dan menyampaikan informasi (pelajaran),
dan menyalurkan/menarik bakat keluar. Dalam praktik pendidikan,
kegiatan-kegiatan seperti mengatur, memimpin dan mengarahkan bakat anak
merupakan aktifitas utama.[1]
Berbeda dengan
negara-negara maju atau negara-negara modern yang memang sudah lama mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sehingga menjadi negara yang makmur sejahtera
serta kuat, baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya dan sebagainya; maka
negara-negara yang sedang berkembang, sesuai dengan julukannya, memang baru
memulai untuk bangkit mengadakan pembangunan berbagai aspek kehidupannya, baik
secara ekonomi, sosial, budaya. Politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
sebagainya. Beberapa ciri khas dari negara-negara yang sedang berkembang
adalah:
1)
Secara politis, pada umumnya baru mengalami kemerdekaan atau lepas
dari penjajahan barat.
2)
Secara ekonomis, pada umumnya miskin dan masih sangat bergantung
pada alamnya.
3)
Secara demografis, pada umumnya padat penduduk, dengan tingkat
pertambahan penduduk karena kelahiran yang tinggi.
4)
Secara budaya, kokoh berpegang pada warisan budaya tradisional
secara turun-temurun. Ciri-ciri tersebut, tentunya banyak mempengaruhi, kalau
tidak boleh dikatakan menentukan bentuk dan sistem pendidikan yang
dikembangkannya. Dalam rangka pembangunan nasional, bangsa-bangsa yang sedang
berkembang tersebut pada umumnya memang memusatkan perhatian perhatian pada
pengembangan sistem pendidikan
nasionalnya, dalam
pengertian bahwa ciri-ciri yang ada pada bangsa yang bersangkutan, menjadi dasar bagi
kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikannya.
Sedangkan dari sudut pandang terminologis,
pendapat para ahli pendidikan cukup beragam dalam memberikan arti pendidikan,
dan kenyataannya, pengertian pendidikanini selalu mengalami perkembangan, meskipun
secara esensial tidak terlalu jauh berbeda,berikut ini sejumlah pengertian
pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli.
1. Langeveld
Pendidikan
ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar
cukup cakap melaksanakan tugasnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang
dewasa atau (atau yang diciptakan oleh
orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya)
dan ditujuan kepada orang yang belum dewasa.
2. John Dewey
Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional ke arah alam dan sesame manusia.
3. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan
adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala klekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang
setinggi-tingginya.
Dari
beberapa pengertian atau batasan pendidikan yang diberikan para ahli tersebut,
meskipun berbeda secara redaksional, namun secara essensial terdapat kesatuan unsure-unsur
atau factor-faktor yang terdapat didalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan
tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang
didalamnya terdapat unsur-unsur seperti
pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.[2]
B. TUJUAN PENDIDIKAN
Tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita berbicara
tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah
satu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya
(survival) baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Manusia dalam
usahanya memelihara kelanjutan hidupnya, berusaha untuk mewariskan berbagai
nilai budaya dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. Dengan demikian, masyarakatnya bisa hidup terus. Tetapi
bukan hanya itu fungsi pendidikan; fungsi pendidikan yang lain adalah
pengembangan potensi-potensi pembawaan atau potensi fitrah yang ada pada
individu-individu, supaya dapat dipergunakan olehnya sendiri dan seterusnya
oleh masyarakat. Untuk menghadapi tantangan-tantangan lingkungan pada zaman
yang selalu berubah. Seperti pengembangan akal anak-anak di sekolah,
menyebabkan anak-anak tersebut bisa menciptakan alat-alat modern untuk
mengatasi, misalnya: banjir, gempa bumi, udara dingin, angin beliung, gunung
meletus, menempuh jarak yang jauh, dan lain-lainnya, dengan menciptakan alat
dan teknologi modern untuk menjawab tantangandan menaggulangi masalah-masalah
tersebut. Misal yang diberikan tersebut, adalah untuk membuktikan bahwa
pendidikan itu hanyalah alat yang dipergunakan manusia untuk memelihara
keberlangsungan kehidupannya. Dengan demikian, tujuan pendidikan itu haruslah
berpangkal pada tujuan hidup manusia.
Apa tujuan hidup, atau untuk apa kita hidup, telah menimbulkan
jawaban dan pandangan-pandangan hidup yang berbeda-beda; namun islam memberikan
jawaban yang tegas dalam hal ini, yaitu sebagaimana ditegaskan dalam al-qur’an,
surat Adz Dzariyat 56; yang maksudnya: Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia
kecuali agar mereka menyembah (mengabdi) kepada-Ku. Tujuan hidup manusia
menurut ajaran islam adalah “mengabdi atau berbakti kepada Allah” atau
beribadah kepada Allah”. Secara umum beribadah kepada Allah berarti
melaksanakan apa saja yang ditugaskan oleh Allah kepadanya dengan
sebaik-sebaiknya, dengan penuh tanggung jawab. Secara operasional, ibadah
tersebut diartikan sebagai “mengembangkaan sifat-sifat arau nama-nama Tuhan
yang indah dalam diri manusia, dan nama-nama Allah yang indah itu dalam diri
manusia, maka manusia mampu melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi.
(lihat surat Al An’am, ayat
165). Beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi” inilah tujuan hidup manusia
menurut ajaran islam.
Tujuan hidup muslim inilah yang menjadi tujuan pendidikan menurut
ajaran islam, atau tujuan pendidikan islam, sepanjang sejarahnya, sejak zaman
Nabi saw. sampai sekarang ini.
Tujuan-tujuan atau obyektif-obyektif pendidikan di atas dapatlah
diterjemahkan secara operasional ke dalam sillabus dan mata pelajaran yang
diajarkan diberbagai tingkat pendidikan, mulai dari tingkat rendah, menengah
dan perguruan tinggi, bahkan pada lembaga-lembaga pendidikan non-formal atau
lembaga pendidikan luar sekolah.[3]
Pendidikan merupakan gerbang kemajuan suatu bangsa dan peradaban.
Pendidikan yang berhasil dan maju sudah pasti dilakukan dengan proses dan
metodologi yang baik lagi mapan.[4]
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara (bapak pendidikan nasional Indonesia,
1889-1959) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: ”pendidikan umumnya
berarti daya upaya untuk memajukakn budi pekerti (karakter, kekuatan bathin),
pikiran (intelect) .
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, tentang Pengertian Pendidikan, yang berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, tentang Pengertian Pendidikan, yang berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan.
1. M. J, Langeveld
Dalam kaitannya dengan
tahapan-tahapantujuan pendidikan, M. J, Langeveld mengklasifikasikan tujuan
pendidikan menjadi: tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan insidentil, tujuan
sementara dan tujuan perantara.
a)
Tujuan Umum
Tujuan umum disebut pula dengan tujuan akhir, tujuan
lengkap dan tujuan total. Disebut tujuan akhir, karena tujuan ini merupakan
akhir dari segala usaha pendidikan. Disebut tujuan lengkap, karena tujuan ini
merupakan induk dari tujuan-tujuan dibawahnya, artinya setiap tujuan dalam
pendidikan harus bermuara pada tujuan umum. Dikatakan tujuan total, karena
untuk mencapai tujuan ini mengarahkan semua daya dan kemampuan.
b)
Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran lebih terperinci
dari tujuan umum.tujuan khusus di buat dalam rangka mempermudah pencapain
tujuan umum.tujuan khusus ini biasanya disusun dengan mempertimbangkan kondisi
daan situasi tertentu. Misalnya , cita-cita pembangunan suatu bangsa,tugas
lembaga pendidikan tingkat pendidikan,tingkat kemampuan anak,dan lain-lain.
c)
tujuan tak lengkaTujuan tak lengkap adalah tujuan pendidikan yang hanya diarahkan
pada sebagian Aspek; kesenian,intelektualketerampilan.tujuan pendidikan tak
lengkap in harus Tetap bberlandaskan pada tujuan pendidikan secara umum.jadi
tidak bisa berjalan Senndiri-sendiri.
d)
Tujuan insidentil
Tujuan insedentildisebut juga tujuan seketika atau
tujuan sesaat.tujuan ini muncul
Secara kebetulan,secara mendadak atau tiba-tiba,dan
sifatnya hanya sesaat.misalnya,tujuan untuk mengadakan hiburan atau untuk
memberikan variasi dalam kehidupan sekolah maka diadakanlah karyawisata ke
tempat-tempat tertentu. Dengan demikan tujuan insidentil telah selesai apabila
kegiatan yang di rencanakan telah terlaksana.
e)
Tujuan sementara
Tujuan semetara merupakan tujuan pendidikan yang
hendak dicapai dalam face-face tertentu dari proses pendidikan misalnya, anak
diberi pelajaran membaca dan menulis. Apabila anak telah pandai membaca dan
menulis tujuan sementara telah tercapai. tapi tidak sampai disini sebenarnya,
sebab anak di ajari membaca dan menulis agar ia dapat mengkaji
literatur-literatur yang ada.inipun juga tujuan sementara. Sebegitu seterusnya
sampai akhirnya bermuara pada tujuan akhir (umum)
f)
Tujuan perantara
Tujuan perantara atau tujuan intermedier merupakan
tujuan pendidikan yang menjadi sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang
lain.misalnya,anak didik di beri pelajaran bahasa arab.tujuanya adalah agar ia
bisa menaalah buku-buku yang tertulis dalam bahasa arab. Disi, belajar bahasa
arab hanya sebagai alat/sarana agar anak didik mampu belajar dari literatur-literatur
berbahasa arab.[5]
2.
Kihajar Dewantoro
Adapun tujuan pendidikan menurut Kihajar Dewantoro adalah
“penguasaan diri” sebab disinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi). Penguasaan diri merupakan langkah yang harus
dituju untuk tercapainya pendidikan yang mamanusiakan manusia.
Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga
menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa.
Dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara ada 2 hal
yang harus dibedakan yaitu sistem Pengajaran dan Pendidikan yang harus bersinergis satu sama lain. Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari
aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Dan bahwasanya, tujuan pendidikan adalah
tercapai kesempurnaan hidup pada anak didik.
3.
John Dewey
Menurut John Dewey bahwa setiap tujuan pendidikan adalah usaha atau
alat untuk mencapai tujuan pendidikan lain yang lebih tinggi. John Dewey
menekankan pada tercapainya sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.[6]
4.
JJ.Rousseau
JJ. Rousesau
berpendapat bahwa pada dasar (asal)-nya munusia baik, menjadi jelek (jahat)
karena pengaruh lingkungan. Dasar pendidikan menurut Rousseau adalah pembawaan
dan tujuan pendidikan ialah membentuk manusia yang bebas merdeka. Sifat
pendidikan adalah individualistis dan individu (anak) itu harus dijauhkan dari
pengaruh masyarakat dan bahkan dijauhkan dari orang tuanya. Hasil pemikirannya
dituangkan dalam buku Le
Contract Social berisi
tentang ilmu kenegaraan dan Emile yang berisi bagaimana mendidik anak sampai
dewasa yang baik.[7]
C. FASE/PERIODESASI
PENDIDIKAN ISLAM
Dalam bagian ini akan dibicarakan beberapa hal yang meliputi
pendidikan islam masa prakonsepsi, pendidikan islam masa pranatal, pendidikan
islam masa bayi, pendidikan masa kanak-kanak, pendidikan islam masa remaja,
pendidikan masa dewasa.
ü Pendidikan
islam masa prakonsepsi
Pendidikan prakonsepsi merupakan awal dari suatu pernikahan atau
disebut juga dengan pemilihan jodoh, yaitu ketika seorang pria mencari seorang
wanita yang dapat bekerjasama dalam membina rumah tangga bahagia. Juga seorang
wanita mencari calon suami yang memiliki inteligensi yang tinggi karena
inteligensi merupakan sarana utama untuk memperoleh sukses dalam masyarakat
luas. (kartono, 1977 : 204). Pemilihan calon istri atau suami berdasarkan
kriteria tertentu adalah dikarenakan keturunan berpengaruh terhadap pendidikan
anak. Hal tersebut sesuai dengan hadist Nabi Muhammad saw. sebagaimana dikutip
oleh Muhammad Ali Quthb (1993 : 2): pilihlah (calon istrimu) untuk tempat
spermamu karena keturunan itu sangat
berpengaruh.
ü Pendidikan
islam masa pranatal
Masa ini berlangsung sejak pertemuan sel telur seorang ibu. Dengan
spermatozoid seorang ayah sampai seorang bayi lahir secara sempurna. Masa pranatal
ini sangat penting artinya karena ia merupakan awal dari kehidupan.
Pada masa ini, berhubungan janin sangat erat dengan ibunya.
Oleh karena itu, seorang ibu
berkewajiban memelihara kandungannya, antara lain dengan mengonsumsi makanan
yang bergizi, menghindari benturan, menjaga emosi dan perasaan sedih yang
berlarut-larut, menjauhi minuman keras, dan banyak lagi hal yang harus
diperhatikan oleh seorang ibu pada masa hamil. (Nawawi, 1993: 151).
Pembentukan iman seharusnya mulai sejak dalam kandungan, sejalan
dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan
menunjukkan bahwa janin yang berada dalam kandungan telah dapat pengaruh dari
keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya. Hal tersebut tampak dalam
perawatan kejiwaan, dimana keadaan keluarga ketika si anak dalam kandungan,
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mental si janin dikemudian hari. (Zakiah
Daradjat, 1995: 55)
ü Pendidikan
islam masa bayi
Masa bayi ini berlangsung dari usia 0 sampai 3 tahun. Setelah anak
lahir, perlu dikumandangkan adzan dekat telinga, agar pengalaman pertama lewat
pendengaran adalah kalimat tauhid yang berintikan pengakuan dan keagungan Allah
dan kerasulan Muhammad. Ajaran kepada kemenangan dan seruan untuk beribadah di
akhiri dengan pernyataan dan keagungan serta keesaan Allah. Bayi yang baru
lahir memang belum mengerti arti kata ”tauhid” dalam adzan tersebut, namun
dasar keimanan dan keislaman sudah masuk kedalam hatinya. Menurut pandangan
islam, manusia sejak dilahirkan telah dibekali oleh Allah dengan fitrah
keagamaan.
ü Pendidikan
islam masa kanak-kanak
Pendidikan masa kanak-kanak berlangsung pada usia 3 sampai 12
tahun. Pada usia 3-6 tahun, anak memiliki sifat egosentris (raja kecil). Sebab,
dirinya berada di pusat lingkungan yang ditampilkan anak dengan sikap senang
menantang atau menolak sesuatu yang datang dari orang sekitarnya. Oleh karena
itu, orang tua harus sabar dalam mendidik anaknya. (Daradjat, 1995: 155).
Perkembangan pada masa ini berlangsung dari usia 3-12 tahun dan
masa anak-anak ini dibagi kepada tiga fase, yaitu sebagai berikut:
a)
Permulaan masa anak-anak
Pada awal masa ini sekitar usia sampai dengan lima tahun.
Perkembangan ditandai dengan munculnya sikap egosentris pada diri setiap anak.
Masa ini disebut juga dengan masa remaja kecil. Masa ini juga merupakan krisis
pertama yang sangat memerlukan kesabaran dan kebijaksanaan bsertindak dari
orangtua sebagai pendidik. Orang tua sebaiknya tidak memaksakan kehendaknya
pada anak-anak, namun didalam diri anak-anak harus ditumbuhkan kebiasaan
melakukan sesuatu yang baik dan dikenalkan disiplin. (Nawawi, 1993: 155).
Jika dilihat dari aspek keagamaan, pada masa ini anak-anak belum
mempunyai kesadaran beragama, tetapi ia telah memiliki potensi kejiwaan dan
dasar-dasar kehidupan ber-Tuhan. Perkembangan kesadaran dan beragama anak-anak
sangat dipengaruhi oleh keimanan, sikap, dan tingkah laku orang tuanya.
(Ahyadi, 1988: 40).
b)
Pertengahan masa anak-anak
Periode ini berlangsung dari umur 6 sampai dengan 9 tahun. Periode
ini sangat penting artinya bagi peletakan dasar untuk perkembangan selanjutnya
melalui sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan. Pada masa ini, anak
yang pada mulanya tertuju kepada dirinya sendiri dan bersifat egosentris mulai
tertuju pada dunia luar, terutama perilaku orang-orang disekitarnya, sopan
santun, dan tata cara bertingkah laku yang sesuai dengan lingkungan rumah dan
sekolah. (Ahyadi, 1988: 43).
c)
Akhir masa anak
Masa ini berlangsung pada usia 9 sampai dengan 12 tahun. Masa ini
merupakan lanjutan masa sebelumnya yang
ditandai dengan berbagai kematangan aspek psikologis yang diperlukan untuk
dapat ikut serta dalam proses pendidikan formal.
ü Pendidikan
islam masa remaja
Masa ini berlangsung dari usia 12 sampai dengan 21 tahun yang
terdiri atas tiga fase, antara lain sebagai berikut:
a)
Masa pra-remaja
Fase ini berlangsung dari umur 12 sampai dengan 15 tahun. Fase ini
ditandai dengan semakin meningkatnya sikap sosial pada anak. Gejala yang
dominan pada masa ini adalah kecenderungan untuk bersaing yang berlansung
antara teman sebaya dan lingkungan jenis kelamin yang sama. Pada periode ini
ada kesempatan yang sangat baik untuk membantu anak, disamping menguasai ilmu
dan teknologi yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Juga
menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan menghargai nilai-nilai, terutama yang
bersumber dari agama islam. Dalam konsep yang sederhana, anak-anak perlu
dikenalkan dengan makna atau maksud dari beberapa firman Allah tentang sikap
dan kemampuan bertanggung jawab dalam kehidupan. (Nawawi, 1993: 165).
b)
Masa pubertas
Masa ini berlangsung pada usia 15 sampai dengan18 tahun. Masa ini
merupakan tahap akhir bagi individu dalam mempersiapkan dirinya untuk menjadi
manusia dewasa yang berdiri sendiri. Pada fase ini anak banyak mengalami
krisis, namun krisis itu tidak dirasakan berat jika sejak awal anak-anak dan
para remaja telah hidup dalam keluarga yang menempatkan ajaran islam sebagai
penuntunnya. Jika dalam diri remaja telah tertanam nilai-nilai religi maka
sebagai orang yang beriman, ia akan selalu mampu menyikapi permasalahan hidup,
baik yang muncul dari dalam maupun dari luar dirinya.
c)
Akhir masa remaja
Masa ini berlangsung antara usia 18 sampai dengan 21 tahun dan
disebut juga masa awal kedewasaan. Pada masa ini, pembentukan dan perkembangan
suatu sistem moral pribadi sejalan dengan pertumbuhan pengalaman keagamaan yang
bersifat individual. Melalui kesadaran beragama dan pengalaman ke-Tuhanan,
akhirnya remaja akan menemukan Tuhannya yang berarti menemukan
keperibadiaannya. (Ahyadi, 1988: 48).
ü Pendidikan
islam masa dewasa
Pada usia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat
kepribadiaan yang matang. Mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem
nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang bersumber dari norma-norma agama
maupun yang berada dalam kehidupan ataupun ajaran agama. [8]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan setiap bangsa pasti memiliki
ideologi, nilai, cita-cita, visi, dan metode untuk meraihnya yang setia
memajukan bangsa dan negaranya. Dengan demikian, sebuah proses pendidikan bukan
sekedar transfer pengetahuan dan mendorong siswa agar membuat persiapan untuk
menjawab pernyataan ketika musim ulangan tiba. Akan tetapi ada empat domain
pokok yang mesti dipahami dan menjadi acuan dalam setiap proses pendidikan di
Indonesia, yaitu agar setiap siswa mengenal dan memahami potensi dirinya
sehingga merasa mantap nantinya ketika memilih satu jurusan yang sesuai dengan
bakat dan minatnya. Kedua, mengenal karakter dan potensi yang potensial untuk
dipelihara dan dikembangkan. Ketiga, memahami sejaran dan jati diri bangsanya
untuk dijaga kehormatannya dan dimakmurkan rakyatnya. Keempat, guru dan siswa
juga perlu memiliki wawasan regional-global meskipun sekilas mengenai apa yang
tengah dan akan terjadi pada tingkat internasional.
Penulis: Ernawati, dkk
[3] Bukhari Umar, Ilmu pendidikan islam (batusangkar : amzah,
2010), hlm.113
[6] Afif Rohman, Memahami pendidikan & Ilmu pendidikan (Bandung
: Laksbang mediatama, 2009), hlm.93-94
[7]
http://bruderfic.or.id/h-59/pemikiran-JJ.Rousseau-tentang-pendidikan.html
[8] Bukhari umar, ilmu pedidikan islam, hlm.122
0 komentar:
Posting Komentar