Pages

Subscribe:
..:: "Welcome to La takhaf wala tahzan, thanks you for visit and don't forget to give your comment in this website " ::..
  • Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan
  • Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya
  • Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
  • Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari
  • Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya
  • Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan, cinta, dan rasa hormat

Rabu, 12 Desember 2012

Otentisitas Sumber Ajaran Islam



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam bukan sekedar sebuah agama. Islam juga bukan sekedar ritualitas rutinitas. Namun Islam justru merupakan sebuah lentera yang cahayanya selalu membias dalam jagad raya yang penuh warna. Islam juga bukan hanya dikhususkan kepada manusia saja akan tetapi Islam untuk seluruh alam yang istilahnya yaitu “Islam Rahmatan Lilalamin”.
Islam adalah agama yang ajarannya bisa diterima siapapun, kapanpun dan dimanapun. Adapun yang disebut Islam sebagai agama yang ajarannya bisa diterima oleh siapapun memiliki arti bahwa Islam bukan hanya agama untuk satu orang atau satu golongan, akan tetapi Islam adalah agama bagi setiap orang yang mau memasukinya secara sunguh-sungguh karena dalam Islam tak ada istilah paksaan. Dan adapun yang disebut dengan Islam tak mengenal serta dapat diterima kepanpun dan dimanapun mempunyai makna bahwa eksistensi Islam tidak terikat oleh keadaan. Hal itu dikarenakan Islam mengandung ajaran yang bersifat otentik, sempurna dan dinamis serta relevan dengan tuntunan perkembangan zaman dan tempat.
Namun dilain sisi, Islam sekarang tampak sebagai agama yang tak mampu membawa manusia ke arah yang lebih baik serta tak bisa membawa pada arah kebenaran yang hakiki meskipun sebenarnya Islam tidak seperti itu. Hal demikian bisa terjadi disebabkan kecerobohan Umat Islam sendiri yang mulai menghindar dari nilai-nilai Al-Quran betapapun demikian. Islam tetap sebuah agama yang sangat berharga seperti kemilaunya mutiara. Dan akan tetapi mutiara  tersbeut ditutupi oleh lumpur-lumpur Umat Islam yakni berupa penjauhan mereka terhadap Al-Quran sehingga keindahan mutiara Islam yang seharusnya nampak, terhanyata harus rela ditutupi oleh kecerobohan orang Islam itu sendiri.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud Islam sebagai sumber ajaran ?
2.      Apa saja karakteristik Ajaran Islam ?
3.      Apa saja dimensi yang terkandung dalam Islam ?

C.    Maksud dan Tujuan
1.      Mengenal lebih dalam tentang Islam sebagai sumber ajaran !
2.      Mengenal bukti keotentikan ajaran Islam !
3.      Mengaplikasikan Islam sebagai sumber ajaran !

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Islam Sebagai Sumber Ajaran
Islam sebagai agama Samawi dan wahyu yang disebarkan sekarang utusan yakni seorang Rasul yang membawa umat manusia kejalan lurus dan jalan yang diridhai-Nya. Dalam konsep Islam tidak mengenal yang namanya perbedaan ras, suku, maupun hal-hal yang otonomi sekalipun. Tapi yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah SWT.
Islam merupakan agama yang ajarannya bisa diterima oleh semua umat, kapanpun dan dimanapun. Wilfred Canturel Snuth mengatakan, “pengamatan pertama ialah bahwa dari semua tradisi keagamaan di dunia, tradisi Islam nampak sebagai satu-satunya nama yang built in (terpagang tetap)” .
Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW secara khusus disebut sebagai agama Islam. Nabi Muahammad SAW telah membakukan ajaran agama Islam tersebut secara sempurna sehingga akan terjamin otentitas dan sekaligus perkembangan sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman dan tempat. Sistem pembakuan ajaran Islam tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Membakukan secara otentik sumber dasar, pokok-pokok dan prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-Quran.
Keseluruhan Islam dapat dipelajari lewat Al-Quran surat Al-Baqarah menyatakan : “Masuklah Kedalam Islam Secara Keseluruhan” secepat sekarang memulai membaca ayat tersebut, secepat pula ia dapat menceburkan diri dalam Islam dengan mempelajari Al-Quran itu.
Al-Quran dalam wujudnya yang sekarang boleh dikatakan telah dibakukan melalui proses panjang, sejak Zaid bin Tsabit yang telah menotula wahyu yang telah diucapkan Nabi. Umar yang sangat inovatif yang mendorong Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran menjadi Al-Quran yang baku yang tersandar dan diperbanyak menjadi Al-Quran yang baku, yang tersandar dan diperbanyak.
2)      Memberikan penjelasan, contoh dan teladan pelaksanaan Agama Islam secara operasional dalam sosial budaya umatnya yang kemudian dengan sebutan As-Sunnah / Al-Hadis.
3)      Memberikan cara atau metode untuk mengembangkan ajaran Islam secara terpadu dalam kehidupan sosial budaya umat manusia sepanjang sejarah dengan sistem ijtihat.
Dengan demikian sudah jelas bahwa Al-Quran merupkan sumber dasar dan As-Sunnah merupakan sumber operasional, sedangkan ijtihat pada dasarnya merupakan penggunaan segenap daya dan kemampuan akal dan intelktual manusia untuk memahami, mengambil kebijaksanaan, serta menetapkan hukum terhadap masalah-masalah kehidupan sosial budaya umat manusia yang timbul dalam lingkungan dan tempat serta zaman tertentu. Ijtihat tersebut menjadikan ajaran Islam berkembang secara terpadu dengan perkembangan budaya dan peradaban umat manusia dan menjadikan sebagai kebudayaan dan peradaban Islam. Dapat pula diakatakan bahwa sistem ijtihat tersebut merupakan sumber pula dinamika dari ajaran Islam. Dengan demikian ketiga sumber tersebut, yakni Al-Quran sebagai sumber dasarnya, As-Sunnah sebagai sumber operasional dan Al-ijtihat sebagai sumber dinamikanya. Ajaran Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepanjang sejarahnya.
Sebagai agama yang universal Islam juga mengajarkan kepada Umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi. Maka dengan itu terwujudlah Islam yang selalu dinamis sepanjang masa. Salah satu ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada manusia untuk melaksanakan pendidikan karena menuntut ajaran Islam pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak yang harus dipenuhi. Demi tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Bahkan apabila dikaji secara teliti, Islam merupakan agama ilmu (akal) dan agama amal. Tentunya iman akan ikut andil didalamnya kerena ilmu dan iman merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan. Dalam salah satu seminar, Nurcholis Madjid (1998 : 3-4) menjelaskan tentang hubungan organik antara iman dan ilmu dalam Islam. Menurutnya ilmu adalah hasil pelaksanaan perintah Tuhan untuk memperhatiakan dan memhami alam raya ciptaan-Nya  sebagai manisfestasi atau penyingkapan tabir dan rahasia-Nya.
Islampun hadir dengan membawa rahmat bagi alam semesta jika pernyataan ini dipandang sebagai doktrin, tidak akan menimbulkan keberatan, karena Allah SWT sendiri telah menyatakan dalam surat Al-Anbiya’: 107. akan tetapi jika proposisi tersebut didudukkan sebagai ungkapan faktual di masyaraka. Maka banyak pernyataan dan masalah yang harus dijernihkan. Dalam sejarah keberhsilan Islam untuk membangun dunia, dan sekaligus memeratakan rahmah dan kesejahteraan manusia masih dapat diakhiri. Namun dalam sejarah pula dapat ditemukan kegagalan untuk mensejahterakan manusia.
Menjadi wahyu tuhan berarti bahwa Islam memiliki unsur transendental metapisis yang bersentuhan dengan dunia diatas dunia kemanusiaan dan berada dibalik dunia fisik yang ditempati mereka telaah psikis  berfikir terhadap Rosul Allah ketika menerima wahyu memang merupakan peluang yang perlu diperhatikan. Namun sambil menunggu kegiatan ilmu ini, transendentalitas Islam dapat dimengerti atas dasar tabi’at dan karakter yang diandungnya. Kebenaran unsur ini harus berdasarkan pada tipologi argumentasi yang sejajar dan bukan dengan mengaktifkan kemampuan manusia biasa. Kebenaran didasarkan kepada iman yang merupakan organ lain manusia untuk menerimanya. Imam Al-Ghazaly telah pernah membahas ragam kemampuan manusia mencari kebenaran dan jenis kebenaran yang dapat diperoleh dengan kemampuan tersebut. Oleh karena itu tabi’at kebenaran transendental ini berbeda dengan tabiat kebenaran dalam paksaan yang bersifat empiris.
Kebenaran Islam yang transendental metafisis ini diluar atau belum meruang waktu. Artinya materi kebenaran yang masih perlu dicari, diuji atau dibuktikan, melainkan cukup diterima atas dasar iman yang merupakan kelengkapan lain kemanusiaan diatas rasio itu sendiri.



B.     Karakteristik Ajaran Islam
Islam memiliki karakter khas, yang menjadi ciri-cirinya diantaranya :
1)      Islam merupakan agama yang universal untuk seluruh umat manusia, bahkan untuk jin dan seluruh alam.
2)      Islam merupakan agama untuk sepanjang zaman
3)      Islam merupakan agama yang sempurna, mencakup seluruh aspek kehidupan baik aspek lahir, batin, pribadi maupun masyarakat.
4)      Islam merupakan agama ilmu karena Islam menjunjung tinggi ilmu

C.    Dimensi-Dimensi Ajaran Islam
Dimensi-dimensi ajaran Islam secara garis besar terhimpun dan terklasifikasikan dalam tiga hal pokok, yaitu : aqidah, syariat, dan akhlaq, yang masing-masing sebagai subsistem dari sistem ajaran Islam, artinya, akidah tampa syariat dan akhlaq adalah omong kosong, demikian juga syariat haris berdiri diatas pondasi akidah, dan keduanya haruslah dijalin dengan akhlak, syariat tanpa akhlak adalah kemunafikan, akidah tanpa akhlak adalah kesesatan.
1)      Akidah
Akidah Islam merupakan penutup akidah bagi agama-agama yang pernah diturunkan Allah sebelumnya, bersamaan dengan diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rosul terakhir.
Secara harfiah, akidah artinya sesuatu yang mengikat atau terikat. Adapun sebagai istilah, akidah Islam adalah sistem kepercayaan dalam Islam. Disebut akidah karena mengikat pergantian dalam bersikap dan bertingkah laku. Orang-orang yang kuat akidahnya terhadap keadilan Tuhan, keyakinan itu mengikatnya dalam bersikap terhadap suatu nilai dan selanjutnya mengikat prilaku (misalnya tidak mau kompromi terhadap kezaliman), sebaliknya orang yang tidak kuat keyakinannya kepada keadilan Tuhan, ia mudah menyerah dalam berjuang dan bisa dinegosiasi untuk toleran terhadap penyimpangan, mudah terpancing untuk membalas dendam dengan cara yang menyimpang dari aturan.

2)      Syariat
Kata syariat secara harfiah artinya jalan raya atau jalan kesumber (mata) air, atau bermakna jalannya suatu hukum atau undang-undang. Kemudian kata ini diimbuhi dengan kata “Islam”menjadi syariat Islam , yang secara harfiah berarti jalan yang harus dilalui dan dipatuhi oleh setiap muslim. Sebagai istilah keislaman syariat adalah dimensi hukum atau peraturan dari ajara Islam. Disebut syariat karena aturan ini dimaksudkan untuk memberikan jalan atau mengatur lalu lintas perjalanan hidup manusia.
Dari sudut keilmuan, syariat kemudian melahirkan ilmu yang disebut Fiqih, dan ahlinya disebut Faqih atau Fuqoha. Karena fiqih itu produk ijtihat, tidak bisa dihindari adanya perbedaan pendapat. Inilah yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran madzhab, seperti Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hambali
3)      Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari Bahasa Arab yang berarti perangai, tabiat (kelakuan atau watak dasar) , kebiasaan atau kelaziman, dan peradaban yang baik. Adapun pengertian akhlaq menurut istilah seperti yang diungkapkan oleh Al-Ghazaly, adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
Akhlak merupakan dimensi nilai dari syariat Islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh nilai akhlak. Jika syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah, akhlak menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari kesabarannya, haji dilihat dari kemabrurannya, ilmu dilihat dari konsistennya dengan perbuatan.
Karena akhlak juga merupakan subtansi dari sistem ajaran Islam, perbidangan akhlak juga vertikan dan horizontal. Ada akhlak manusia kepada Tuhan, akhlak manusia kepada sesama, aklak manusia kepada diri sendiri, dan akhlak manusia kepada hewan dan tumbuhan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1)      Islam merupakan agama yang ajarannya bisa diterima oleh semua umat, kapanpun dan dimanapun.
2)      Karakteristik ajaran Islam diantaranya adalah universal, sempurna, dinamis dan menjunjung tinggi ilmu.
3)      Dimensi-dimensi ajaran Islam meliputi akidah, syariat dan akhlak.


DAFTAR PUSTAKA

- ABD, Hakim, Atang dan Mubarok, Jaih, Metodologi Studi Islam, Bandung : Rosda, 2007.

- Anwar, Rosihon. M. yunus, Badruz Zaman dan Saehudin, Pengantar Studi Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2009

- Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2005

- A. Kadir, Muslim, Ilmu Islam Terapan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003

- Muntasir, Salih. Menanti Evidensi Islam, Jakarta : CV Rajawali, 1985

- http:// booerjo. Blogspot.com/2011/04/ islam – sebagai – sumber – ajaran - pemahaman. Html

- http:// aulanuddin.blogspot.com/2011/011

  

0 komentar:

Posting Komentar

 

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan
earth
top down