BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
serta membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusia
yang dikenal dengan era global. Era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak
dan hubungan serta komunikasi antara bangsa dan budaya umat manusia. Dunia
nampak sebagai suatu kesatuan sistem yang saling memiliki ketergantungan antara
yang satu dengan yang lainnya. Tidak ada suatu bangsa dan negara pun yang bisa
berdiri sendiri secara terpisah dari bangsa dan negara lainnya. Bangsa dan
negara yang sudah maju memerlukan bangsa dan negara yang sedang berkembang dan
negara yang sedang berkembang bergantung pada bangsa dan negara yang sudah
maju.
Dalam suasana semacam TV tentunya umat manusia
membutuhkan aturan, nilai dan norma serta pedoman hidup yang universal dan
diakui serta diterima oleh suma bangsa. Maka lahirlah Islam sebagai agama
rahmatan lil alamin tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat
manusiawi dan universal yang dapat menyelamatkan umat manusa dan alam semesta
dari kehancuranya. Oleh karena itu, Islam harus bisa menawarkan nilai, norma,
dan aturan hidup yang bersifat duniawi dan universal itu kepada dunia modern
dan diharapkan dapat memberikan alternatif pemecahan terhadap keadaan
problematis umat manusia yang hidup di dunia modern serta era global.
Islam juga menampakkan diri kepada umat manusia
sebagai satu-satunya solusi demi lancarnya roda kehidupan dunia secara teratur
karena Islam tidak hanya muncul dengan rutinitas ritual, akan tetapi Islam juga
muncul sebagai sebuah prinsip, mengatur manusia tetapi menuju puncak kebahagian
hakiki dalam payung hubungan kemanusiaan.
|
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaiman Islam menunjukkan
eksistensinya ?
2.
Bagaiman sepanjang pandangan Islam
dalam pendidikan umat manusia ?
3.
Apa saja subangsih Islam dalam
pembangunan ekonomi umat ?
4.
Apa saja karakter yang adil dalam
Islam ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui eksistensi Islam
dikalangan umat manusia !
2.
Mengatahui sejauh mana Islam dalam
menunjukkan pendidikan !
3.
Mengetahui sumbangsih Islam dalam
pembangunan ekonomi !
4.
Bagaimana karakter pemimpin yang
adil dalam Islam !
D.
Manfaat
1.
Untuk persepsi tentang Islam
sebagau ajaran universal
2.
Agar manusia kembali ke ajaran
Islam dari kehidupan materialistik
3.
Untuk memperkaya pengetahuan
bagaimana pemimpin yang adil
4.
Agar terhindar dari sistem ekonomi
yang tidak beraturan sekaligus kembali ke sistem ekomi Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Eksistensi Islam
Ajaran Islam tidak ditunjukkan kepada suatu kelompok
atau bangsa tertentu, melainkan sebagai rahmatanlil alamin sesuai dengan misi
yang diemban oleh Rosulullah SAW. Ajaran
Islam diturunkan Allah SWT untuk dijadikan pedoman hidup seluruh manusia, hukum
Islam bersifat universal di dunia dan akhirat. Dengan demikian hukum Islam
bersifat universal untuk sejarah umat manusia di muka bumi, serta dapat
diberlakukan disetiap bangsa dan negara.[1]
Seluruh ajaran Islam, baik akidah, syariat maupun
akhlak, bertujuan membebaskan manusia dari berbagai belengggu penyakit mental, spritual
dan strategis berfikir, serta mengatur tingkah laku perbuatan manusia secara
tertib agar tidak terjerumus ke lembah kehinaan dan keterbelakangan.
Islam sebagai agama yang diturunkan Allah untuk umat
manusia. Kehadirannya memberikan dimensi baru terhadap agama-agama lain. Pertama
agama itu tidak lagi harus diterima sebagai dogma, yang harus diterima apabila
orang ingis selamat dari siksa yang selama-lamanya. Akan tetapi bila orang
ingin selamat dari siksa yang selama-lamanya. Akan tetapi Islam diterima
sebagai agama yang menjadi pilihan Tuhan dengan perantara wahyu, sebaliknya
wahyu diakui sebagai faktor yang sangat diperlukan bagi evolusi manusia. Jika
dalam bentuknya yang karar, wahyu merupakan pengalaman tinggi, wahyu merupakan
pemberian Tuhan kepada semua umat manusia dengan perantara Nabi.
|
Selain itu Islam sanggup menegakkan persaudaraan antar
umat manusia, dan hal itu bukan satu-satunya yang dicapai. Transformasi yang
dibawa Agama Islam di dunia ini merupakan tugas lain yang tidakkalah penting
dengan usaha-usaha menegakkan persaudaraan tersebut. Islam telah terbukti
menjadi kekuatan rohani yang dapat mengubah dunia. Dan hal ini tidak dapat
dilakukan agama-agama lainnya. Transformasi dunia terjadi hanya dalam waktu
yang sangat singkat. Sudah tentu, dalam pembaharuan yang sangat singkat ini,
tidak dapat diterangkan perubahan demi perunahan yang dibawa oleh Islam
tersebut.
Islam patut dipikirkan sedalam-dalamnya oleh
pemikir-pemikir dunia, bukan karena ia merupakan kekuatan rohani yang paling
besar yang membawa peradaban, tetapi ia juga memberikan penyelesaian terhadap
masalah-masalah yang menimpa dunia, materialisme, yang menjadi cita-cita
modern, selamanya tidak akan membawa perdamaian dan menanamkan persaudaraan
diantara bangsa-bangsa di dunia. Agama Kristen
telah gagal untuk menghilangkan prasangka ras dan warna kulit. Islam
adalah salah satunya kekuatan yang telah
berhasil menghilangkan bencana yang ditimbulkan oleh peradaban itu. Dan dengan
perantara Islam persoalan dunia modern itu dapat diselesaikan. Islam adalah
agama antar bangsa dan dengan cita rasa internasional dari Islam. Ide tentang
kesamaan ras dan umat manusia dapat menghilangkan malapetaka yang ditimbulkan
oleh nasionalisme sempit yang bertanggung jawab terhadap kesulitan-kesulitan
dunia lama dan dunia modern.
Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa Islam
merupakan kekkuatan yang menyelamatkan dunia ini. Tiga belas abad yang lalu
Islamlah yang menyelamatkan dunia dari kebiadaban. Islamlah yang membantu suatu
peradaban yang dasar-dasarnya telah rapuh dan Islam pula yang meletakkan darah
baru dan menegakkan kultur dan etika baru. Ide tentang kesatuan umat manusia
keseluruhan yang diperkenalkan oleh Islam didunia ini merupkan suatu ide yang begitu
kuat yang menjadikan bangsa-bangsa dapat menjadi satu, yang semula bertengkar,
dan membeci antara satu bangsa dan bangsa yang lain, yang bukan hanya terjadi
di Arabia, tetapi diantara suku-suku bangsa
yang sama lain sama berperang. disutulah mukjizat Islam menampakkan diri.
Hal yang demikian menjadi bukti bahwa Islam adalah
agama yang mengajarkan prinsip persaudaraan dan kesejahteraan seluruh umat
manusia dihadapan Allah. Islam menekankan kesamaan mutlak antara berbagai ras
manusia sebagai batu ujian tertinggi untuk hal ini adalah kesediaan untuk
saling mengarungi perempuan dari ras lain. Para Nabi dengan sengaja telah
melakukan perkawinan campur untuk membuktikan kepada semua umat manusia, sifat
yang gemblang dari cita-cita ini. Menurut pandangan muslim, isteri kedua dari
Nabi Ibrohim, Hajar adalah seorang Negro.
Nabi Muhammad sendiri mungkin mempunyai warna kulit
yang sama dengan Yesus, yaitu putih kemerah-merahan akibat sinar matahari yang terik,
tetapi beliau mengawini seorang perempuan Negro sebagai salah satu isteri
beliau dan menikahkan salah satu putrinya dengan laki-laki Negro.[2]
Dewasa ini pengikut Nabi Muhammad SAW berasal dari
berbagai warna kulit dari Cina hingga berkulit putih dari Turki. Kemajuan Islam
yang luar biasa di kawasan Asia dan Afrika
yang amat disadari karena pengaruh warna klit itu, dewasa ini bukan tidak ada
hunbungan dengan cara eksplisit dimana asas pertemuan ras secara mutlak dalam
ajaran-ajaran Islam.
Selain hal itu perintah yang sangat mendasar yang
terdapat dalam ajaran Islam adalah meng-Esakan tuhan dan cegahan melakukan
tindakan sirik. Tauhid dan syirik adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan
meskipun antara yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda.[3]
Perintah meng-Esakan Tuhan mengandung arti bahwa
manusia hanya boleh tunduk kepada Tuhan. Ia tidak boleh tunduk kepada selainnya
karena ia adalah puncak ciptaan-Nya (Nurcholis Madjid, 1998 : 18). Karena ia
hanya boleh tunduk kepada Tuhan, manusia oleh Allah dijadiakan sebagai
kholifah. Karena manusia dalah kholifah di bumi, maka alam selain manusia
ditundukkan oleh Allah untuk manusia.
Hal itu menunjukkan bahwa bumi, langit, laut serta
segala yang ada di bumi telah ditundukkan Allah untuk kepentingan manusia.
Apabila tunduk kepada selain Allah, berarti manusia telah menyelahi fungsinya
sebagai kholifah.
Dengan dimikian, tauhid mendorong manusia untuk
menguasai dan memanfaatkan alam karena setelah ditundukkan untuk manusia.
meng-Esakan Tuhan dibarengan cegahan mempersekutukan Tuhan (Syirik). Perintah
meng-EsakanTuhan dibarengi dengan ditundukkan untuk manusia. Perintah Jika
manusia adalah yang harus menguasai bumi karena telah ditundukkan oleh Allah.
B.
Islam Dan Pendidikan Umat
Manusia
Salah satu pendekatan dakwah yang pernah dilakukan
Nabi Muhammad SAW adalah pendidikan. Sejak masa yang sangat dini ketika masih
tinggal di Mekkah Al-Mukaaramah, beliau telah menyebarkan Islam dengan
pendekatan pendidikan ini lebih beliau tingkatkan. Bahkan bila dibandingkan
dengan pendekatan-pendekatan dakwah yang lain, seperti pendekatan persoalan
dari mulut ke mulut, pendekatan penawaran Islam dengan memperlihatkan sosok
pribadi Nabi SAW, pendekatan missi (bi’tsah), pendekatan diskusi (mujadalah)
dan pendekatan korespondensi (mukatabah) , pendekatan pendidikan ini tampak
lebih dominan. Hasilnya juga lebih menonjol dari pada pendekatan-pendekatan
dakwah yang lain meskipun semua itu penting.[4]
Sejarah pendidikan Islam telah menunjukkan bahwa
keseimbangan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu dunia terdapat pada masa
kejayaan dan kegemilangan Islam itu. Seperti diungkapkan oleh Hasan Langgulung,
pakar pendidikan, keseimbangan ini tidaklah hilang kecuali pada zaman kelemahan
jadi kelemahan dan kemunduran umat Islam bukan karena Islam, tetapi karena
menjauhi Islam.[5]
Kegemilangan Islam dapat terlihat ketika banyak
tercatat ulama’ yang mendalami agama dapat menjadi filosof dan dokter, seperti
Ibnu Sina. Dan banyak lagi ulama’ yang membidangi ilmu eksakta. Ilmu eksakta
yang dimaksud disini adalah ilmu-ilmu yang membahas masalah-masalah yang
bersifat empiris dan bersifat “pasti”. Oleh karena itu, ilmu eksakta disebut
pula ilmu pasti. Menurut Osman Bakar (1994 : 11-2), kesaksian iman, La Ilah
Illa Allah, adalah sebuah pernyataan pengetahuan tentang realitas. Orang Islam memandang
bahwa berbagai sains, ilmu alam, dan ilmu sosial sebagai ragam bukti yang
menunjuk pada kebenaran yang paling fundamental dalam Islam. Oleh karena itu,
semangat ilmiah merupakan bagian yang terpadu dari tauhid. Semangat ilmiah para
ilmuan muslim mengalir dari kesadaran mereka akan tauhid. Dalam beberapa
literatur dijelaskan mengenal sumbangan umat islam terhadap matematika,
astronomi, kimia dan optik.
1.
Matematika
Diantara tokoh Islam yang paling mashur dalam bidang
matematika adalah Khawarismi. Dialah yang pertama menulis buku ilmu matematika
dan Al-Jabar . teks asli buku tersebut telah hilang, yang ada hanyalah
terjemahan dalam bahasa latin. Istilah Al-Garisme atau Al-Goritme dari nama
Al-Khawarizme.
Umar Al-Khayam dan Al-Thusi adalah ulama yang terkenal
dalam bidang ilmu matematika. Angka nol adalah ciptaan umat islam pada tahun
873 M. angka nol telah dipakai di dunia Islam. Angka-angka yang dipakai ulama’
di dunia Islam dibawa para ilmuan Eropa pada tahun 1202 M, oleh karena itu,
angka 0 (nol) sampai 9 (sembilan) yang dipakai sekarang, di Eropa disebut angka
arab.
Jasa atau fungsi umat Islam terhadap peradaban dunia
adalah ditemukannya angka arab dan nol dengan angka tersebut matematika menjadi
efektif dan begitu cepat berkembang. Sebelumnya, matematika dinilai lambat
berkembang. Sebelumnya, matematika dinilai lambat berkembang karena menggunakan
angka romawi, seperti I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X dan seterusnya.[6]
2.
Astronomi
Buku-buku karangan ilmuwan Yunani seperti karya
Platomeus dan Ar-Chimides telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Diantara
umat Islam yang terkenal ilmunya dalam bidang astronomi adalah umat Islam
Al-Farazi. Mereka menulis buku-buku tentang astronomi yang kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa latin untuk kemudiann diajarkan di Eropa. Kemajuan
astronomi di dunia Islam ditandai dengan didirikannya observatorium di berbagai
kota seperti di Baghdad,
Kairo, Damaskus, Seville, dan Andalusia.
3.
Kimia
Ulama’ muslim yang terkenal dalam bidang kimia adalah
Jabir Bin Hayyan dan Zakaria Al-Razi. Nama kedua ulama’ ini di Eropa dikenal
dengan Gaber dan Rhazez
4.
Optik
Ulama’ yang dikenal dalam bidang optik adalah Ibnu
Hitsam. Ia diataranya berhasil menentang teori penglihatan yang dikemukakan
oleh Euklid dan Prolomeus menurut Euklid dan Prolomeus, benda dapat dilihat karena
mata mengirim cahaya kebenda. Melalui cahaya itulah, mata dapat melihat benda.
Sedangkan Ibnu Hitsam berpendapat Sebaliknya. Menurutnya benda dapat dilihat
karena benda mengirim cahaya kemata. Melalui cahaya yang dikirim benda itulah,
benda dapat melihat benda yang bersangkutan. Berdasarkan ilmu pengetahuan
modern, teori Ibnu Hitsamlah yang ternyata dipandang benar.
Banyak bukti tentang peranan Islam sebagai mata rantai
peradaban dunia. Islam misalnya mengembangkan ilmu matematika dan media, ilmu
kedokteran dari Cina, sistem pemerintahan dari Persia, logika Yunani dan
sebagainya.
Tentu saja dalam proses peminjaman dan pengembagan itu
terjadi dialektika internal. Jadi untuk pengkajian tertentu Islam menolak
logika Yunani yang sangat rasional untuk digantikan dengan cara berpikir
inuvatif yang lebih menekankan rasa seperti yang dikenal dengan tasawwuf.
Dengan proses ini pula, Islam tidak sekedar mewarisi tetapi juga melakukan
Enrichmen dalam subtansi dan bentuknya. Melalui inilah, Islam akhirnya mampu mengembangkan
warisan-warisannya sendiri yang otentik. Melalui karya S.1. poeradi sastra,
kita dapat memperoleh informasi yang agak lengkap mengenai peranan yang didapat
memperoleh informasi yang agak lengkap, mengenai peranan yang dimainkan islam
dalam membangun ilmu pengetahuan dan peradaban modern, baik berkenaan dengan ilmu alam, teknik dan
arsitektur maupun ilmu pengetahuan sosial, filsafat, sastra, kedokteran,
matematika, fisika, dan sebagainya.[7]
C.
Subangsih Islam Dan
Pembangunan Ekonomi Umat
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia
adalah masalah keterbelakangan ekonomi. Kondisi ini dalam konteks perekonomian
dunia Islam global tidak hanya dirasakan bangsa Indonesia yang mayoritas umat
Islam, melainkan hampir seluruh negara-negara Islam juga merasakan hal yang
sama. Kenyataan itu sesungguhnya berseberangan dengan kondisi objek
negata-negata Islam yang mempunyai sumber daya alam yang bessar, akan tetapi
karena kekayaan itu belum dapat dimanfaatkan secara optimal, mengakibatkan
negara-negara Islam mengalami kemunduran ekonomi.[8]
Untuk membangun perekonomian negara-negaranya, umat
Islam setidaknya dihadapkan pada masalah-masalah konseptual. Dalam permasalahan
ini umat Islam seperti menghadapi buah simalakama. Sebab diakui atau tidak
episitimologi Islam klasik belum menyediakan “file-file” teorotis tentang
konstruksi ekonomi Islam secara defintif, sementara konsep-konsep ekonomi
barat, kapitalis dan sosialis oleh sebagian besar pakar ekonomi muslim dan
berdasarkan terhadap fakta sosial, mengakibatkan permasalahan-permasalahan
sosial yang cukup membahayakan masa depan manusia dan kemanusiaan. Oleh
karenanya konsep ekonomi barat pada beberapa sisinya sekali lagi hanya
sebagiannya berseberangan dengan konsep-konsep dasar Islam setidaknya tentang
konsep keseimbangan dan keadilan sosial.
Teori ekonomi kapitalis yang menghadapkan kepentingan
individual telah menimbulkan permasalahan sosial, seperti ketidakadilan,
hilangnya nilai-nilai moral yang mengakibatkan pada kesimpangan sosial dan
eksplomitasi terhadap alam secara berlebih-lebihan. Bahkan Werner Sombart,
dalam sikap etis dan politis yang “netral” mengakui adanya satu sistem ekonomi
barat yang dikuasai oleh tiga gagasan : usaha memperoleh atau memiliki,
persaingan dan rasionalitas.
Pada sisi lain, teori ekonomi sosial memiliki
prinsip-prinsip kepemilikan harta pada negara. Kesamaan ekonomi dan disiplin
politik yang ketat berakibat pada hilangnya hak-hak personal, kediktatoran dan
seperti teori ekonomi kapitalis cenderung mengesahkan nilai-nilai moral, bahkan
sekalipun sosialisme menolak individualisme dan konglomerasi. Ia tetap saja
menampkkan kesewenangan dalam mengatur tatanan ekonominya yang dapat menyamai,
bahkan melebihi kesewenang-wenangan dalam sistem ekonomi kapitalis.
Seorang sarjana Marxis modern yang mempertanyakan
mengapa kapitalisme mesti memperoleh kemenangan di Eropa yang Kristen namun
tidak di negeri-negeri muslim, telah menyimpulkan bahwa tidak ada kesesuaian
yang pokok antara doktrin-doktrin ekonomi Islam dan kapitalisme atau pembangunan
ekonomi. Dengan menyerang mitos-mitas yang dia katakan merata dikalangan orang
muslim dan non muslim mengenai Islam dan sejarahnya.[9]
Rodinshon menjelaskan : “ada agama-agama yang
ajaran-ajarannya suci menghambat aktivitas ekonomi pada umumnya, membimbing
para pengikutnya untuk menyandarkan diri pada Tuhan yang memberikan mereka
mereka makanan sehari-hari atau lebih khusus memandang dengan curiga pada suatu
usaha untuk keuntungan. Hal itu sudah tentu bukan kasus dengan Al-Quran yang
nampak mendorong aktivitas komersial yang membatasi diri kepada mengutuk
praktek-praktek kecurangan dan memerlukan abstensi dari perdagangan selama
upacara-upacara keagamaan.” Dia mengutip perintah Al-Quran untuk tidak
melupakan bagian dari duniawi dan menekankan bahwa Quran jelas memberikan titik
berat agar orang-orang muslim mempertahankan dunia ini.
Itu benar bahkan untuk masalah melakukan perdagangan
selama melaksanakan sebagian besar aktivitas keagamaan yang dianggap suci, haji
atau pergi ke Mekkah. Malahan bagi, orang yang beriman percaya terhadap sebuah
ayat “tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan)
dari Tuhanmu, ” yang berarti keuntungan dengan jujur.
Sesudah untuk meninggalkan perdagangan selain untuk
sembahyang yang berjemaah tengah hari (Dhuhur, pen), orang-orang muslim tidak
diperintahkan oleh Tuhan untuk mengundurkan diri untuk sembahyang lagi atau
melakukan zikir, melainkan untuk kembali kepada urusan-urusan duniawi : “apabila
telah ditunaikan sembahyang, maka bertebarlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Allah dan ingatlah banyak-banyak sepaya kamu beruntung.”
D.
Karakter Pemimpin Yang Adil
Dalam sebuah hadist shahih yang antara lain
diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa pada hari
kiamat nanti ada tujuh jenis manusia yang akan mendapat perlindungan Allah
dimana pada hari itu tidak perlindungan lain kecuali perlindungan Allah. Tujuh
jenis manusia itu adalah Imam yang adil, pemuda yang rajin beribadah, orang
yang selalu ingin ke masjid, dua orang yang akrab bergaul dimana motivasi
mereka hanyalah untuk memperoleh ridha Allah, orang yang berdzikir kepada Allah
pada saat yang sunyi sampai air matanya membasahi pipinya, lelaki yang diajak
kencan (berselingkuh) oleh seorang wanita cantik lagi populer tetapi ia tidak
mau karena takut kepada Allah, dan orang yang bersedekah dengan merahasiakan
sedekahnya sampai apa yang diberikan tangan kanannya tidak diketahui oleh
tangan kirinya.
Barangkali tujuh jenis manusia itu termasuk makhluk
langka atau sulit ditemukan apalagi untuk masa-masa sekarang ini. Diantara
tujuh manusia itu adalah imam yang atau penguasa yang adil yang dalam istilah
agama sering disebut amir, hakim, wali, sulton, dan lain-lain. Dalam bahasa
kita sehari-hari hal itu lazim disebut penguasa, pemimpin, kepala negara, raja
atau presiden. Maka untuk mengenali mana seorang penguasa dahulu tanda-tanda
atau kriteria sehingga dapat kejetahui ptret penguasa yang adil secara lengkap,
seperti :
1)
Menerapkan hukum Allah
Sebagai kriteria pertama, penguasa yang adil adalah
menerapkan hukum Allah, baik yang terdapat dalam Al-Quran dan hadist
2)
Berpihak kepada kaum lemah
Kriteria berikutnya, prnguasa dapat disebut adil
apabila ia selalu berpihak dan mebela kaum lemah. Kriteria ini diambil dari
prilaku Nabi Muhammad SAW yang pernah “dikritik” oleh Allah karena hendak
memihak kaum elit dan mengusir orang-orang kelas bawah. Katika beliau sedang
duduk-duduk di Masjidil Haram di Mekkah
bersama Bilal Bin Rabah, Salaman Al-Farisi, Abu Dullah Bin Masud, Shuhaib Al-Rumi,
Ammar Bin Yasi, dan Khuab bin Al-Arif yang kebetulan mereka adalah orang-orang
miskin dan berasal dari ketangan rakyat jelata. Saat itu Nabi SAWsedang
mengajarkan agama Islam kepada mereka.
Tiba-tiba datang tokoh-tokoh Suku Quraisy menghadap
beliau. Mereka antara lain Al-Arqa bin Habis Al-Tamimi dan Uyainah Bin Hishn
Al-Fazari. Kepada Nabi SAW mereka berkata “kami adalah orang-orang terhormat
dikalangan suku kami. Apabila kami duduk satu majelis berma anda maka kami
tidak ingin suku kami melihat kami duduk-duduk bersama bilal dan
kawan-kawannya. Oleh karena itu suruhlah mereka untuk pergi meninggalkan kita.”
Karena Nabi SAW menginginkan agat tokoh-tokoh kafir
Qiraisy itu mendengarkan ajaran Islam sehingga apabila mereka masuk Islam
seluruh orang Qurasy diharapkan mau masuk Islam. Maka Nabi SAW kemudian
menyetujui permintaaan mereka itu. Dan ketika itu, Bilal dan kawan-kawannya
tahu diri, meninggalkan Nabi SAW dan pergi ke sebuah sudut masjidil haram yang
jauh dari Nabi SAW. Sementara orang-orang Qurasy itu tidak mau begitu saja
menyetujui sikap Nabi SAW melainkan minta dibuatkan perjanjian “hitam diatas
putih” dimana isinya bahwa apabila mereka sedang belajar dari Nabi SAW. Bilal
dan kawan-kawannya harus tidak boleh berada di situ.
Nabi SAW juga meyetujui untuk membuat perjanjian itu
dan disuruhnya Ali Bin Abi Tholib untuk menulisnya. Dan begitu selesai
perjanjian itu ditulis. Allah menurunkan Ayat 52 surah Al-An’am yang artinya : dan
janganlah kamu mengusir orang-orang yang selalu menyembh Tuhannya pagi dan sore.
Sedangakan mereka menghendaki
keridhaan-Nya. Maka Nabi SAW kemudian merobek perjanjian itu dan
dibuangnya. Kemudian nabi SAW berdiri dan pergi menemui Bilal dan kawan-kawan,
lalu dipeluknya orang-orang kelas bawah ini.
3)
Zuhud Dalam Masalah Dunia
Zuhud bukanlah membenai segala hal yang bersifat
duniawi. Seperti disalahpahami oleh sementara orang selama ini. Zuhud adalah
sikap tidak mencintai harta dunia setelah dinia
itu dikuasainya. Begitulah antara lain keterangan Imam Al-Ghazali dalam
kitab “Al-Arba’in Fi Ushul Al-Dhin”
4)
Pelayan Rakyat
Kriteria selanjutnya, penguasa dapat disebut adil
manakala ia menjadi pelayan masyarakat atau rakyat
5)
Demi Kepentingan Umat
Di samping tidak mendahulukan kepentingan sendiri.
Segala kebijakan penguasa yang adil haruslah demi kepentingan atau kemaslahatan
umat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Ajaran Islam tidak ditujukan
kepada kelompok atau bangsa tertentu, melainkan sebagai Rahmatan Lil Alamin
2.
Islam sangat memotivasi agar
pendidikan semakin maju
3.
Islam sangat peka sekali kepada
kemajuan ekonomi umat
4.
Karakter penguasa yang adil
diantaranya : menerapkan hukum Allah, berpihak kepada kaum lemah, zuhud dalam
masalah deunia dan sebagainya.
B.
Saran
Sebaiknya, umat manusia khususnya orang Islam sendiri
menjadikan Islam sebagai sebuah sarana untuk kemajuan hakiki demi meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat
|
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anwar, Rosihon, 2009, Pengantar
Studi Islam, Bandung
: Pustaka Setia
2.
Esposito, John L. 1992, , Islam
Dan Pembangunan, Jakarta
: Renika Cipta
3.
Hakim, Atang Abd.2007. Metodologi
Studi Islam, Bandung
: Rosda
4.
Mustafa, M. lutfi.2007, Intelektualisme
Islam, Malang
: LKQS
5.
Ruslani,2006 Islam Dialogis,
Yogyakarta : Pustaka Setia
6.
Yasmadi, 2005, Modernisasi Pesantren, Ciputat :
Quantum Teaching
7. Yaqub, Ali Mustafa,2001,
Islam Masa Kini, Jakarta:
Pustaka Pribadi
[1] Rosihon
Anwar, Pengantar Studi Islam, (Bandung
: Pustaka Setia, 2009), hal. 17
[2] Ruslani,
Islam Dialogis, (Yogyakarta : Pustaka
Setia, 2006 ), hal. 191
[3] Atang
Abd. Hakim, Metodologi Studi Islam, (Bandung : Rosda, 2007), hal. 15
[4] Ali
Mustafa Yaqub, Islam Masa Kini, (Jakarta:
Pustaka Pribadi, 2001), hal. 139
[5] Yasmadi,
Modernisasi Pesantren, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), hal. 132
[6] Rosihon
Anwar, Pengantar Studi Islam, (Bandung
: Pustaka Setia, 2009), hal. 22
[7] Rosihon
Anwar, Pengantar Studi Islam, (Bandung
: Pustaka Setia, 2009), hal. 129
[8] M. lutfi
Mustafa, Intelektualisme Islam, (Malang
: LKQS, 2007), hal. 190
[9] John L,
Esposito, Islam Dan Pembangunan, (Jakarta : Renika Cipta, 1992), hal 75
0 komentar:
Posting Komentar