Pages

Subscribe:
..:: "Welcome to La takhaf wala tahzan, thanks you for visit and don't forget to give your comment in this website " ::..
  • Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan
  • Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya
  • Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
  • Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari
  • Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya
  • Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan, cinta, dan rasa hormat

Rabu, 12 Desember 2012

Islam dan problematika umat



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusia yang dikenal dengan era global. Era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak dan hubungan serta komunikasi antara bangsa dan budaya umat manusia. Dunia nampak sebagai suatu kesatuan sistem yang saling memiliki ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya. Tidak ada suatu bangsa dan negara pun yang bisa berdiri sendiri secara terpisah dari bangsa dan negara lainnya. Bangsa dan negara yang sudah maju memerlukan bangsa dan negara yang sedang berkembang dan negara yang sedang berkembang bergantung pada bangsa dan negara yang sudah maju.
Dalam suasana semacam TV tentunya umat manusia membutuhkan aturan, nilai dan norma serta pedoman hidup yang universal dan diakui serta diterima oleh suma bangsa. Maka lahirlah Islam sebagai agama rahmatan lil alamin tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat manusiawi dan universal yang dapat  menyelamatkan umat manusa dan alam semesta dari kehancuranya. Oleh karena itu, Islam harus bisa menawarkan nilai, norma, dan aturan hidup yang bersifat duniawi dan universal itu kepada dunia modern dan diharapkan dapat memberikan alternatif pemecahan terhadap keadaan problematis umat manusia yang hidup di dunia modern serta era global.
Islam juga menampakkan diri kepada umat manusia sebagai satu-satunya solusi demi lancarnya roda kehidupan dunia secara teratur karena Islam tidak hanya muncul dengan rutinitas ritual, akan tetapi Islam juga muncul sebagai sebuah prinsip, mengatur manusia tetapi menuju puncak kebahagian hakiki dalam payung hubungan kemanusiaan.




1
 
 
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiman Islam menunjukkan eksistensinya ?
2.      Bagaiman sepanjang pandangan Islam dalam pendidikan umat manusia ?
3.      Apa saja subangsih Islam dalam pembangunan ekonomi umat ?
4.      Apa saja karakter yang adil dalam Islam ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui eksistensi Islam dikalangan umat manusia !
2.      Mengatahui sejauh mana Islam dalam menunjukkan pendidikan !
3.      Mengetahui sumbangsih Islam dalam pembangunan ekonomi !
4.      Bagaimana karakter pemimpin yang adil dalam Islam !

D.    Manfaat
1.      Untuk persepsi tentang Islam sebagau ajaran universal
2.      Agar manusia kembali ke ajaran Islam dari kehidupan materialistik
3.      Untuk memperkaya pengetahuan bagaimana pemimpin yang adil
4.      Agar terhindar dari sistem ekonomi yang tidak beraturan sekaligus kembali ke sistem ekomi Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Eksistensi Islam
Ajaran Islam tidak ditunjukkan kepada suatu kelompok atau bangsa tertentu, melainkan sebagai rahmatanlil alamin sesuai dengan misi yang diemban oleh Rosulullah SAW.  Ajaran Islam diturunkan Allah SWT untuk dijadikan pedoman hidup seluruh manusia, hukum Islam bersifat universal di dunia dan akhirat. Dengan demikian hukum Islam bersifat universal untuk sejarah umat manusia di muka bumi, serta dapat diberlakukan disetiap bangsa dan negara.[1]
Seluruh ajaran Islam, baik akidah, syariat maupun akhlak, bertujuan membebaskan manusia dari berbagai belengggu penyakit mental, spritual dan strategis berfikir, serta mengatur tingkah laku perbuatan manusia secara tertib agar tidak terjerumus ke lembah kehinaan dan keterbelakangan.
Islam sebagai agama yang diturunkan Allah untuk umat manusia. Kehadirannya memberikan dimensi baru terhadap agama-agama lain. Pertama agama itu tidak lagi harus diterima sebagai dogma, yang harus diterima apabila orang ingis selamat dari siksa yang selama-lamanya. Akan tetapi bila orang ingin selamat dari siksa yang selama-lamanya. Akan tetapi Islam diterima sebagai agama yang menjadi pilihan Tuhan dengan perantara wahyu, sebaliknya wahyu diakui sebagai faktor yang sangat diperlukan bagi evolusi manusia. Jika dalam bentuknya yang karar, wahyu merupakan pengalaman tinggi, wahyu merupakan pemberian Tuhan kepada semua umat manusia dengan perantara Nabi.
3
 
Kedua, ajaran Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan setelah mati. Perhatian utamanya adalah untuk kehidupan dunia dan dengan perantara baik didunia ini manusia dapat memperoleh kesadaran tentang eksistensinya yang lebih tinggi. Itul;ah sebabnya Al-Quran pada banyak tempat membahas masalah-masalah yang menyangkut berbagai aspek dan kehidupan manusia. Ia bukan hanya membahas cara beribadah, tetapi juga tentang problem –problem dunia sekitar manusia. Masalah hubungan antar manusia dengan manusia, kehidupan sosial dan politik, perkawinan, penceraian dan pewarisan, pembagian harta benda, dan hubungan antara buruh dan modal, peradilan, damai dan perang, keuangan, utang dan kontrak, masalah kewanitaan, atwan untuk membantu fakir miskin, janda dan masih banyak lagi masalah hidup dan kehidupan yang memungkinkan orang untuk mencapai hidup bahagia Al-Quran bukan hanya memberikan peraturan untuk kemajuan individu, tetapi juga untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan, kemajuan bangsa dan bahkan umat manusia. Semua peraturan itu dijadiakn efektif dengan dasar iman kepada Allah SWT.
Selain itu Islam sanggup menegakkan persaudaraan antar umat manusia, dan hal itu bukan satu-satunya yang dicapai. Transformasi yang dibawa Agama Islam di dunia ini merupakan tugas lain yang tidakkalah penting dengan usaha-usaha menegakkan persaudaraan tersebut. Islam telah terbukti menjadi kekuatan rohani yang dapat mengubah dunia. Dan hal ini tidak dapat dilakukan agama-agama lainnya. Transformasi dunia terjadi hanya dalam waktu yang sangat singkat. Sudah tentu, dalam pembaharuan yang sangat singkat ini, tidak dapat diterangkan perubahan demi perunahan yang dibawa oleh Islam tersebut.
Islam patut dipikirkan sedalam-dalamnya oleh pemikir-pemikir dunia, bukan karena ia merupakan kekuatan rohani yang paling besar yang membawa peradaban, tetapi ia juga memberikan penyelesaian terhadap masalah-masalah yang menimpa dunia, materialisme, yang menjadi cita-cita modern, selamanya tidak akan membawa perdamaian dan menanamkan persaudaraan diantara bangsa-bangsa di dunia. Agama Kristen  telah gagal untuk menghilangkan prasangka ras dan warna kulit. Islam adalah salah satunya kekuatan yang  telah berhasil menghilangkan bencana yang ditimbulkan oleh peradaban itu. Dan dengan perantara Islam persoalan dunia modern itu dapat diselesaikan. Islam adalah agama antar bangsa dan dengan cita rasa internasional dari Islam. Ide tentang kesamaan ras dan umat manusia dapat menghilangkan malapetaka yang ditimbulkan oleh nasionalisme sempit yang bertanggung jawab terhadap kesulitan-kesulitan dunia lama dan dunia modern.
Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa Islam merupakan kekkuatan yang menyelamatkan dunia ini. Tiga belas abad yang lalu Islamlah yang menyelamatkan dunia dari kebiadaban. Islamlah yang membantu suatu peradaban yang dasar-dasarnya telah rapuh dan Islam pula yang meletakkan darah baru dan menegakkan kultur dan etika baru. Ide tentang kesatuan umat manusia keseluruhan yang diperkenalkan oleh Islam didunia ini merupkan suatu ide yang begitu kuat yang menjadikan bangsa-bangsa dapat menjadi satu, yang semula bertengkar, dan membeci antara satu bangsa dan bangsa yang lain, yang bukan hanya terjadi di Arabia, tetapi diantara suku-suku bangsa yang sama lain sama berperang. disutulah mukjizat Islam menampakkan diri.
Hal yang demikian menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan prinsip persaudaraan dan kesejahteraan seluruh umat manusia dihadapan Allah. Islam menekankan kesamaan mutlak antara berbagai ras manusia sebagai batu ujian tertinggi untuk hal ini adalah kesediaan untuk saling mengarungi perempuan dari ras lain. Para Nabi dengan sengaja telah melakukan perkawinan campur untuk membuktikan kepada semua umat manusia, sifat yang gemblang dari cita-cita ini. Menurut pandangan muslim, isteri kedua dari Nabi Ibrohim, Hajar adalah seorang Negro.
Nabi Muhammad sendiri mungkin mempunyai warna kulit yang sama dengan Yesus, yaitu putih kemerah-merahan akibat sinar matahari yang terik, tetapi beliau mengawini seorang perempuan Negro sebagai salah satu isteri beliau dan menikahkan salah satu putrinya dengan laki-laki Negro.[2]
Dewasa ini pengikut Nabi Muhammad SAW berasal dari berbagai warna kulit dari Cina hingga berkulit putih dari Turki. Kemajuan Islam yang luar biasa di kawasan Asia dan Afrika yang amat disadari karena pengaruh warna klit itu, dewasa ini bukan tidak ada hunbungan dengan cara eksplisit dimana asas pertemuan ras secara mutlak dalam ajaran-ajaran Islam.
Selain hal itu perintah yang sangat mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam adalah meng-Esakan tuhan dan cegahan melakukan tindakan sirik. Tauhid dan syirik adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan meskipun antara yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda.[3]
Perintah meng-Esakan Tuhan mengandung arti bahwa manusia hanya boleh tunduk kepada Tuhan. Ia tidak boleh tunduk kepada selainnya karena ia adalah puncak ciptaan-Nya (Nurcholis Madjid, 1998 : 18). Karena ia hanya boleh tunduk kepada Tuhan, manusia oleh Allah dijadiakan sebagai kholifah. Karena manusia dalah kholifah di bumi, maka alam selain manusia ditundukkan oleh Allah untuk manusia.
Hal itu menunjukkan bahwa bumi, langit, laut serta segala yang ada di bumi telah ditundukkan Allah untuk kepentingan manusia. Apabila tunduk kepada selain Allah, berarti manusia telah menyelahi fungsinya sebagai kholifah.
Dengan dimikian, tauhid mendorong manusia untuk menguasai dan memanfaatkan alam karena setelah ditundukkan untuk manusia. meng-Esakan Tuhan dibarengan cegahan mempersekutukan Tuhan (Syirik). Perintah meng-EsakanTuhan dibarengi dengan ditundukkan untuk manusia. Perintah Jika manusia adalah yang harus menguasai bumi karena telah ditundukkan oleh Allah.
     
B.     Islam Dan Pendidikan Umat Manusia
Salah satu pendekatan dakwah yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah pendidikan. Sejak masa yang sangat dini ketika masih tinggal di Mekkah Al-Mukaaramah, beliau telah menyebarkan Islam dengan pendekatan pendidikan ini lebih beliau tingkatkan. Bahkan bila dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan dakwah yang lain, seperti pendekatan persoalan dari mulut ke mulut, pendekatan penawaran Islam dengan memperlihatkan sosok pribadi Nabi SAW, pendekatan missi (bi’tsah), pendekatan diskusi (mujadalah) dan pendekatan korespondensi (mukatabah) , pendekatan pendidikan ini tampak lebih dominan. Hasilnya juga lebih menonjol dari pada pendekatan-pendekatan dakwah yang lain meskipun semua itu penting.[4]
Sejarah pendidikan Islam telah menunjukkan bahwa keseimbangan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu dunia terdapat pada masa kejayaan dan kegemilangan Islam itu. Seperti diungkapkan oleh Hasan Langgulung, pakar pendidikan, keseimbangan ini tidaklah hilang kecuali pada zaman kelemahan jadi kelemahan dan kemunduran umat Islam bukan karena Islam, tetapi karena menjauhi Islam.[5]
Kegemilangan Islam dapat terlihat ketika banyak tercatat ulama’ yang mendalami agama dapat menjadi filosof dan dokter, seperti Ibnu Sina. Dan banyak lagi ulama’ yang membidangi ilmu eksakta. Ilmu eksakta yang dimaksud disini adalah ilmu-ilmu yang membahas masalah-masalah yang bersifat empiris dan bersifat “pasti”. Oleh karena itu, ilmu eksakta disebut pula ilmu pasti. Menurut Osman Bakar (1994 : 11-2), kesaksian iman, La Ilah Illa Allah, adalah sebuah pernyataan pengetahuan tentang realitas. Orang Islam memandang bahwa berbagai sains, ilmu alam, dan ilmu sosial sebagai ragam bukti yang menunjuk pada kebenaran yang paling fundamental dalam Islam. Oleh karena itu, semangat ilmiah merupakan bagian yang terpadu dari tauhid. Semangat ilmiah para ilmuan muslim mengalir dari kesadaran mereka akan tauhid. Dalam beberapa literatur dijelaskan mengenal sumbangan umat islam terhadap matematika, astronomi, kimia dan optik.
1.      Matematika
Diantara tokoh Islam yang paling mashur dalam bidang matematika adalah Khawarismi. Dialah yang pertama menulis buku ilmu matematika dan Al-Jabar . teks asli buku tersebut telah hilang, yang ada hanyalah terjemahan dalam bahasa latin. Istilah Al-Garisme atau Al-Goritme dari nama Al-Khawarizme.
Umar Al-Khayam dan Al-Thusi adalah ulama yang terkenal dalam bidang ilmu matematika. Angka nol adalah ciptaan umat islam pada tahun 873 M. angka nol telah dipakai di dunia Islam. Angka-angka yang dipakai ulama’ di dunia Islam dibawa para ilmuan Eropa pada tahun 1202 M, oleh karena itu, angka 0 (nol) sampai 9 (sembilan) yang dipakai sekarang, di Eropa disebut angka arab.
Jasa atau fungsi umat Islam terhadap peradaban dunia adalah ditemukannya angka arab dan nol dengan angka tersebut matematika menjadi efektif dan begitu cepat berkembang. Sebelumnya, matematika dinilai lambat berkembang. Sebelumnya, matematika dinilai lambat berkembang karena menggunakan angka romawi, seperti I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X dan seterusnya.[6]
2.      Astronomi
Buku-buku karangan ilmuwan Yunani seperti karya Platomeus dan Ar-Chimides telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Diantara umat Islam yang terkenal ilmunya dalam bidang astronomi adalah umat Islam Al-Farazi. Mereka menulis buku-buku tentang astronomi yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa latin untuk kemudiann diajarkan di Eropa. Kemajuan astronomi di dunia Islam ditandai dengan didirikannya observatorium di berbagai kota seperti di Baghdad, Kairo, Damaskus, Seville, dan Andalusia.
3.      Kimia
Ulama’ muslim yang terkenal dalam bidang kimia adalah Jabir Bin Hayyan dan Zakaria Al-Razi. Nama kedua ulama’ ini di Eropa dikenal dengan Gaber dan Rhazez
4.      Optik
Ulama’ yang dikenal dalam bidang optik adalah Ibnu Hitsam. Ia diataranya berhasil menentang teori penglihatan yang dikemukakan oleh Euklid dan Prolomeus menurut Euklid dan Prolomeus, benda dapat dilihat karena mata mengirim cahaya kebenda. Melalui cahaya itulah, mata dapat melihat benda. Sedangkan Ibnu Hitsam berpendapat Sebaliknya. Menurutnya benda dapat dilihat karena benda mengirim cahaya kemata. Melalui cahaya yang dikirim benda itulah, benda dapat melihat benda yang bersangkutan. Berdasarkan ilmu pengetahuan modern, teori Ibnu Hitsamlah yang ternyata dipandang benar.
Banyak bukti tentang peranan Islam sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam misalnya mengembangkan ilmu matematika dan media, ilmu kedokteran dari Cina, sistem pemerintahan dari Persia, logika Yunani dan sebagainya.
Tentu saja dalam proses peminjaman dan pengembagan itu terjadi dialektika internal. Jadi untuk pengkajian tertentu Islam menolak logika Yunani yang sangat rasional untuk digantikan dengan cara berpikir inuvatif yang lebih menekankan rasa seperti yang dikenal dengan tasawwuf. Dengan proses ini pula, Islam tidak sekedar mewarisi tetapi juga melakukan Enrichmen dalam subtansi dan bentuknya. Melalui inilah, Islam akhirnya mampu mengembangkan warisan-warisannya sendiri yang otentik. Melalui karya S.1. poeradi sastra, kita dapat memperoleh informasi yang agak lengkap mengenai peranan yang didapat memperoleh informasi yang agak lengkap, mengenai peranan yang dimainkan islam dalam membangun ilmu pengetahuan dan peradaban modern, baik  berkenaan dengan ilmu alam, teknik dan arsitektur maupun ilmu pengetahuan sosial, filsafat, sastra, kedokteran, matematika, fisika, dan sebagainya.[7]

C.    Subangsih Islam Dan Pembangunan Ekonomi Umat
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah masalah keterbelakangan ekonomi. Kondisi ini dalam konteks perekonomian dunia Islam global tidak hanya dirasakan bangsa Indonesia yang mayoritas umat Islam, melainkan hampir seluruh negara-negara Islam juga merasakan hal yang sama. Kenyataan itu sesungguhnya berseberangan dengan kondisi objek negata-negata Islam yang mempunyai sumber daya alam yang bessar, akan tetapi karena kekayaan itu belum dapat dimanfaatkan secara optimal, mengakibatkan negara-negara Islam mengalami kemunduran ekonomi.[8]
Untuk membangun perekonomian negara-negaranya, umat Islam setidaknya dihadapkan pada masalah-masalah konseptual. Dalam permasalahan ini umat Islam seperti menghadapi buah simalakama. Sebab diakui atau tidak episitimologi Islam klasik belum menyediakan “file-file” teorotis tentang konstruksi ekonomi Islam secara defintif, sementara konsep-konsep ekonomi barat, kapitalis dan sosialis oleh sebagian besar pakar ekonomi muslim dan berdasarkan terhadap fakta sosial, mengakibatkan permasalahan-permasalahan sosial yang cukup membahayakan masa depan manusia dan kemanusiaan. Oleh karenanya konsep ekonomi barat pada beberapa sisinya sekali lagi hanya sebagiannya berseberangan dengan konsep-konsep dasar Islam setidaknya tentang konsep keseimbangan dan keadilan sosial.
Teori ekonomi kapitalis yang menghadapkan kepentingan individual telah menimbulkan permasalahan sosial, seperti ketidakadilan, hilangnya nilai-nilai moral yang mengakibatkan pada kesimpangan sosial dan eksplomitasi terhadap alam secara berlebih-lebihan. Bahkan Werner Sombart, dalam sikap etis dan politis yang “netral” mengakui adanya satu sistem ekonomi barat yang dikuasai oleh tiga gagasan : usaha memperoleh atau memiliki, persaingan dan rasionalitas.
Pada sisi lain, teori ekonomi sosial memiliki prinsip-prinsip kepemilikan harta pada negara. Kesamaan ekonomi dan disiplin politik yang ketat berakibat pada hilangnya hak-hak personal, kediktatoran dan seperti teori ekonomi kapitalis cenderung mengesahkan nilai-nilai moral, bahkan sekalipun sosialisme menolak individualisme dan konglomerasi. Ia tetap saja menampkkan kesewenangan dalam mengatur tatanan ekonominya yang dapat menyamai, bahkan melebihi kesewenang-wenangan dalam sistem ekonomi kapitalis.
Seorang sarjana Marxis modern yang mempertanyakan mengapa kapitalisme mesti memperoleh kemenangan di Eropa yang Kristen namun tidak di negeri-negeri muslim, telah menyimpulkan bahwa tidak ada kesesuaian yang pokok antara doktrin-doktrin ekonomi Islam dan kapitalisme atau pembangunan ekonomi. Dengan menyerang mitos-mitas yang dia katakan merata dikalangan orang muslim dan non muslim mengenai Islam dan sejarahnya.[9]
Rodinshon menjelaskan : “ada agama-agama yang ajaran-ajarannya suci menghambat aktivitas ekonomi pada umumnya, membimbing para pengikutnya untuk menyandarkan diri pada Tuhan yang memberikan mereka mereka makanan sehari-hari atau lebih khusus memandang dengan curiga pada suatu usaha untuk keuntungan. Hal itu sudah tentu bukan kasus dengan Al-Quran yang nampak mendorong aktivitas komersial yang membatasi diri kepada mengutuk praktek-praktek kecurangan dan memerlukan abstensi dari perdagangan selama upacara-upacara keagamaan.” Dia mengutip perintah Al-Quran untuk tidak melupakan bagian dari duniawi dan menekankan bahwa Quran jelas memberikan titik berat agar orang-orang muslim mempertahankan dunia ini.
Itu benar bahkan untuk masalah melakukan perdagangan selama melaksanakan sebagian besar aktivitas keagamaan yang dianggap suci, haji atau pergi ke Mekkah. Malahan bagi, orang yang beriman percaya terhadap sebuah ayat “tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu, ” yang berarti keuntungan dengan jujur.
Sesudah untuk meninggalkan perdagangan selain untuk sembahyang yang berjemaah tengah hari (Dhuhur, pen), orang-orang muslim tidak diperintahkan oleh Tuhan untuk mengundurkan diri untuk sembahyang lagi atau melakukan zikir, melainkan untuk kembali kepada urusan-urusan duniawi : “apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebarlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah banyak-banyak sepaya kamu beruntung.”
D.    Karakter Pemimpin Yang Adil
Dalam sebuah hadist shahih yang antara lain diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim  Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa pada hari kiamat nanti ada tujuh jenis manusia yang akan mendapat perlindungan Allah dimana pada hari itu tidak perlindungan lain kecuali perlindungan Allah. Tujuh jenis manusia itu adalah Imam yang adil, pemuda yang rajin beribadah, orang yang selalu ingin ke masjid, dua orang yang akrab bergaul dimana motivasi mereka hanyalah untuk memperoleh ridha Allah, orang yang berdzikir kepada Allah pada saat yang sunyi sampai air matanya membasahi pipinya, lelaki yang diajak kencan (berselingkuh) oleh seorang wanita cantik lagi populer tetapi ia tidak mau karena takut kepada Allah, dan orang yang bersedekah dengan merahasiakan sedekahnya sampai apa yang diberikan tangan kanannya tidak diketahui oleh tangan kirinya.
Barangkali tujuh jenis manusia itu termasuk makhluk langka atau sulit ditemukan apalagi untuk masa-masa sekarang ini. Diantara tujuh manusia itu adalah imam yang atau penguasa yang adil yang dalam istilah agama sering disebut amir, hakim, wali, sulton, dan lain-lain. Dalam bahasa kita sehari-hari hal itu lazim disebut penguasa, pemimpin, kepala negara, raja atau presiden. Maka untuk mengenali mana seorang penguasa dahulu tanda-tanda atau kriteria sehingga dapat kejetahui ptret penguasa yang adil secara lengkap, seperti :
1)      Menerapkan hukum Allah
Sebagai kriteria pertama, penguasa yang adil adalah menerapkan hukum Allah, baik yang terdapat dalam Al-Quran dan hadist
2)      Berpihak kepada kaum lemah
Kriteria berikutnya, prnguasa dapat disebut adil apabila ia selalu berpihak dan mebela kaum lemah. Kriteria ini diambil dari prilaku Nabi Muhammad SAW yang pernah “dikritik” oleh Allah karena hendak memihak kaum elit dan mengusir orang-orang kelas bawah. Katika beliau sedang duduk-duduk di Masjidil Haram  di Mekkah bersama Bilal Bin Rabah, Salaman Al-Farisi, Abu Dullah Bin Masud, Shuhaib Al-Rumi, Ammar Bin Yasi, dan Khuab bin Al-Arif yang kebetulan mereka adalah orang-orang miskin dan berasal dari ketangan rakyat jelata. Saat itu Nabi SAWsedang mengajarkan agama Islam kepada mereka.
Tiba-tiba datang tokoh-tokoh Suku Quraisy menghadap beliau. Mereka antara lain Al-Arqa bin Habis Al-Tamimi dan Uyainah Bin Hishn Al-Fazari. Kepada Nabi SAW mereka berkata “kami adalah orang-orang terhormat dikalangan suku kami. Apabila kami duduk satu majelis berma anda maka kami tidak ingin suku kami melihat kami duduk-duduk bersama bilal dan kawan-kawannya. Oleh karena itu suruhlah mereka untuk pergi meninggalkan kita.”
Karena Nabi SAW menginginkan agat tokoh-tokoh kafir Qiraisy itu mendengarkan ajaran Islam sehingga apabila mereka masuk Islam seluruh orang Qurasy diharapkan mau masuk Islam. Maka Nabi SAW kemudian menyetujui permintaaan mereka itu. Dan ketika itu, Bilal dan kawan-kawannya tahu diri, meninggalkan Nabi SAW dan pergi ke sebuah sudut masjidil haram yang jauh dari Nabi SAW. Sementara orang-orang Qurasy itu tidak mau begitu saja menyetujui sikap Nabi SAW melainkan minta dibuatkan perjanjian “hitam diatas putih” dimana isinya bahwa apabila mereka sedang belajar dari Nabi SAW. Bilal dan kawan-kawannya harus tidak boleh berada di situ.
Nabi SAW juga meyetujui untuk membuat perjanjian itu dan disuruhnya Ali Bin Abi Tholib untuk menulisnya. Dan begitu selesai perjanjian itu ditulis. Allah menurunkan Ayat 52 surah Al-An’am yang artinya : dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang selalu menyembh Tuhannya pagi dan sore.  Sedangakan mereka menghendaki keridhaan-Nya. Maka Nabi SAW kemudian merobek perjanjian itu dan dibuangnya. Kemudian nabi SAW berdiri dan pergi menemui Bilal dan kawan-kawan, lalu dipeluknya orang-orang kelas bawah ini.
3)      Zuhud Dalam Masalah Dunia
Zuhud bukanlah membenai segala hal yang bersifat duniawi. Seperti disalahpahami oleh sementara orang selama ini. Zuhud adalah sikap tidak mencintai harta dunia setelah dinia  itu dikuasainya. Begitulah antara lain keterangan Imam Al-Ghazali dalam kitab “Al-Arba’in Fi Ushul Al-Dhin”
4)      Pelayan Rakyat
Kriteria selanjutnya, penguasa dapat disebut adil manakala ia menjadi pelayan masyarakat atau rakyat
5)      Demi Kepentingan Umat
Di samping tidak mendahulukan kepentingan sendiri. Segala kebijakan penguasa yang adil haruslah demi kepentingan atau kemaslahatan umat.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Ajaran Islam tidak ditujukan kepada kelompok atau bangsa tertentu, melainkan sebagai Rahmatan Lil Alamin
2.      Islam sangat memotivasi agar pendidikan semakin maju
3.      Islam sangat peka sekali kepada kemajuan ekonomi umat
4.      Karakter penguasa yang adil diantaranya : menerapkan hukum Allah, berpihak kepada kaum lemah, zuhud dalam masalah deunia dan sebagainya.

B.     Saran
Sebaiknya, umat manusia khususnya orang Islam sendiri menjadikan Islam sebagai sebuah sarana untuk kemajuan hakiki demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat


15
 

DAFTAR PUSTAKA


1.      Anwar, Rosihon, 2009, Pengantar Studi Islam, Bandung : Pustaka Setia
2.      Esposito, John L. 1992, , Islam Dan Pembangunan, Jakarta : Renika Cipta
3.      Hakim, Atang Abd.2007. Metodologi Studi Islam, Bandung : Rosda
4.      Mustafa, M. lutfi.2007, Intelektualisme Islam, Malang : LKQS
5.      Ruslani,2006 Islam Dialogis, Yogyakarta : Pustaka Setia
6.      Yasmadi, 2005,  Modernisasi Pesantren, Ciputat : Quantum Teaching
7.      Yaqub, Ali Mustafa,2001, Islam Masa Kini, Jakarta: Pustaka Pribadi


[1] Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 17  
[2] Ruslani, Islam Dialogis, (Yogyakarta : Pustaka Setia, 2006 ), hal. 191
[3] Atang Abd. Hakim, Metodologi Studi Islam, (Bandung : Rosda, 2007), hal. 15
[4] Ali Mustafa Yaqub, Islam Masa Kini, (Jakarta: Pustaka Pribadi, 2001), hal. 139
[5] Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), hal. 132
[6] Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 22
[7] Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 129
[8] M. lutfi Mustafa, Intelektualisme Islam, (Malang : LKQS, 2007), hal. 190
[9] John L, Esposito, Islam Dan Pembangunan, (Jakarta : Renika Cipta, 1992), hal 75

0 komentar:

Posting Komentar

 

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan
earth
top down