Pages

Subscribe:
..:: "Welcome to La takhaf wala tahzan, thanks you for visit and don't forget to give your comment in this website " ::..
  • Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan
  • Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya
  • Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
  • Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari
  • Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya
  • Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan, cinta, dan rasa hormat

Kamis, 18 September 2014

pandangan islam tentang pendidikan ?





Disusun Untuk Memnuhi Tugas Manajemen Pendidikan Islam Yang Dibimbing Oleh Dosen Pengampu Bpk. Dr. Atiqullah,S.Ag. M.Pd.





 







Disusun Oleh :
Kelompok : IX
NAMA
NIM
IMAM UBAIDILLAH
18201201010091
WaRDATUL JAMILAH
18201201010242





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAT TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AKADEMIK
2014/2015
1.      Bagaimana pandangan islam tentang pendidikan ?
Pandangan islam tentang pendidikan
Agama islam adalah agama universal. Yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi.
Salah satu dia antara ajaran islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat manusia  untuk melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran islam, pendidikan adalah juga merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.  Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan kehidupannya.
Lebih-lebih islam adalah merupakan agama ilmu dan agama akal. Karena islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan menuntut ilmu pengetahuan, agar dengan demikian mereka dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Dan apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan perlunya belajar baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan. Selain menekankan kepada umatnya untuk belajar juga menyuruh umatnya mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Jadi  islam mewajibkan belajar dan mengajar.
2.      Bagaimana pandangan islam tentang manusia??
Pandangan islam tentang hakikat manusia
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah manusia itu merupakan perkaitan antara badan dan ruh. Badan dan ruh masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung adanya oleh yang lain. Islam secara tegas mengatakan bahwa kedua substansi (substansi = unsur asal sesuatu yang ada) dua-duanya adalah substansi alam. Sedang alam adalah makhluk. Maka keduanya juga makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt.[1]
Di bawah ini dikutipkan sebuah ayat suci Al-Quran dan  yang menguraikan tentang proses kejadian manusia (surat al-mukminun: 12-14)

            Dan sesungguhnya kami ciptakan manusia dari sari tanah. Kemudian kami jadikan sari tanah itu air mani (terletak) dalam tempat simpanan yang teguh (rahim). Kemudian dari air mani itu kami ciptakan segumpal darah lalu segumpal darah itu  kami jadikan segumpal daging dan dari segumpal daging itu kami ciptakan tulang belulang. Kemudian tulang belulang itu kami tutut dengan daging. Sesudah itu kami jadiakan dia makhluk yang baru yakni manusia yang sempurna. Maka Maha Suci Allah pencipta yang paling baik. (QS. Almukminun: 12-14)
Dari Al-Quran tersebut di atas, jelaslah bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia, tidak ada bedanya dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada hewan. Semuanya berproses menurut hukum- hukum alam yang material. Dalam pandangan pendidikan Islam, untuk mengetahui hakikat peserta didik, tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan pembahasan tentang hakikat manusia, karena manusia hasil dari suatu proses pendidikan. (Abdurrahman Shaleh,1990:45).
 Menurut konsep ajaran Islam manusia pada hakikatnya, adalah makhluk ciptaan Allah yang secara biologis diciptakan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung secara evolutif, yaitu melalui proses yang bertahap. Sebagai makhluk ciptaan, manusia memiliki bentuk yang lebih baik, lebih indah dan lebih sempurna dibandingkan makhluk lain ciptaan Allah, hingga manusia dinilai sebagai makhluk lebih mulia, sisi lain manusia merupakan makhluk yang mampu mendidik, dapat dididik, karena manusia dianugerahi sejumlah potensi yang dapat dikembangkan. Itulah antara lain gambaran tentang pandangan Islam mengenai hakikat manusia, yang dijadikan acuan pandangan mengenai hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam. Peserta didik dalam pendidikan Islam harus memperoleh perlakuan yang selaras dengan hakikat yang disandangnya sebagai makhluk Allah. Dengan demikian, sistem pendidikan Islam peserta didik tidak hanya sebatas pada obyek pendidikan, melainkan pula sekaligus sebagai subyek pendidikan.

Manusia memiliki akal untuk berfikir. Jika manusia dihubungkan sebagai peserta didik maka ia dipandang sebagai seorang yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti guru  untuk memenuhi otaknya dengan berbagai informasi. Seorang manusia sebagai peserta didik adalah pribadi yang dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam pelajarannya yangditerima dari orang yang berwenang atau dewasa yang memaksakan kehendak dan tujuannya kepada mereka. Dalam hal ini, Dewey menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki potensi aktif. Membicarakan pendidikan berarti membicarakan keterkaitan aktivitasnya, dan pemberian bimbingan padanya.
Seimbang dengan kewajiban pendidik untuk menyampaikan ajaran islam, peserta didik harus menuntut ilmu, membaca dengan nama Alllah swt dan secara bertahap (QS. Al-Insyiqaq : 19). Karena orang yang berilmu pengetahuan melalui proses belajar itu berbeda dengan orang yang tidak  mengetahui (QS. Al-Hujurat : 9). Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya oleh Allah Swt. (QS. Al-Mujadilah :11), sedangkan orang yang tidak memanfaatkan karunia Allah Swt. Berupa panca indera dan kalbu atau otak untuk berfikir, ibarat binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.   
Peserta didik dalam pandangan Islam diarahkan pada sifat aktif. Islam menganjurkan peserta didik untuk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu alam, sejarah, botani, zologi, perkembangan dan proses kejadian manusia dan alam ilmu falak, astronomi, geologi dan geografi. Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam konsep islam haruslah aktif dan dinamis dalam berpikir, belajar, merenungkan, meneliti, mencoba, menemukan mengamalkan dan menyebarkanluaskan aktifitasnya.[2]

3.      Bagaimana pandangan islam tentang pengetahuan??
Islam merupakan agama yang mengagunkan ilmu pengetahuan. Pandangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan sangat signifikan. Hal ini tampak pada syarat keislaman seseorang bahwasanya ia harus menggunakan otaknya untuk berfikir dan menerima wahyu/ ajaran Islam.
Perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan tersebut sangat jelas bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Islam sangat melarangtaqlidu-l a’ma namun mewajibkan ummatnya untuk al-ittiba’. Taqlidu-l a’ma dan al-ittiba’ memiliki arti yang berbeda. Taqlidu-l a’ma berarti hanya mengikuti orang-orang sebelumnya, mengikuti apa yang dikerjakan orang yang lebih tua tanpa tahu ilmunya dan mengerti dasarnya, sebaliknya al-ittiba’ adalah mengikuti orang-orang terdahulu namun dengan disertai ilmu pengetahuan tentangnya, bukan hanya mengekor tapi tahu apa, mengapa, bagaimana dan untuk apa syariat/ ajaran yang diterimanya.
Meskipun begitu, ada batasan-batasan dalam menggunakan akal dalam hal-hal syariat. Pedoman hidup seorang Muslim beragama Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits, barulah kemudian menggunakan akal dalam menentukan masalah-masalah syariah dan muamalah. Hal ini senada dengan percakapan Nabi Muhammad SAW dan Muadz Ibn Jabal.
Ketika Rasulullah SAW hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainya, “Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu’adz?”
“Kitabullah,” jawab Mu’adz.
“Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?”, tanya Rasulullah pula.
“Saya putuskan dengan Sunnah Rasul.”
“Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?”
“Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia (Melampaui Batas) ,” jawab Muadz.
Maka berseri-serilah wajah Rasulullah. “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah,” sabda beliau.
Penggunaan akal secara eksplisit disebutkan juga dalam sabda Rasulullah SAW di madinah kepada kaum muslimin yaitu perkataan beliau, “Antum a’lamu biumuuri dunyaakum”. Artinya ‘Kalian lebih mengetahui urusan dunia masing-masing’. Urusan dunia yang dimaksudkan yaitu selain masalah mu’amalah dan syari’ah serta ibadah contohnya adalah masalah bercocok tanam, membangun rumah, mendesain permukiman, menggunakan berbagai alat untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari atau kini disebut dengan pemanfaatan teknologi.



[1] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam( Jakarta: BUMI AKSARA, 1995). hlm.76.
[2] Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam( Jakarta: Rajawali Pers, 2011). Hlm. 114.

0 komentar:

Posting Komentar

 

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan

La takhaf wala tahzan
earth
top down